Percik Firman: Dari Gelap Menuju Terang
Selasa, 21 April 2020
Bacaan Injil : Yoh 3:7-15

“Sama seperti Musa meninggikan ular di Padang Gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan” (Yoh 3:14)

Saudari/a ku ytk.,
Bacaan Injil hari ini mengingatkan saya akan pengalaman berziarah ke Gunung Nebo, Yordania, November 2015. Menurut tradisi, di gunung itu dipercaya Nabi Musa wafat. Situs Gunung Nebo memiliki makna panting dalam memorial perjalanan Nabi Musa. Pada akhir masa hidupnya Nabi Musa naik ke Gunung Nebo untuk melihat Tanah Terjanji, karena Tuhan tidak mengijinkannya masuk ke Tanah Terjanji, Kanaan. Nabi Musa akhirnya meninggal di sana.

Gunung Nebo berada pada ketinggian 817 meter di atas permukaan Laut. Letaknya di tepi barat Yordania. Posisinya yang strategis membuat para peziarah dapat menikmati indahnya pesona hamparan Tanah Kanaan. Dari puncak gunung ini, peziarah bisa melihat panorama lembah Sungai Yordan dan Kota Yerikho.

Di puncak Gunung Nebo, peziarah juga dapat melihat simbol salib besar dari perunggu yang dibuat oleh seniman Italia, Giovani Fantoni. Simbol ini menandakan tiang yang dililit ular tembaga yang dibuat oleh Nabi Musa.

Dalam Injil hari ini Yesus memberikan kesaksian, “Sama seperti Musa meninggikan ular di Padang Gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan”. Misteri salib dipahami sebagai saat peninggian Yesus Sang Anak Manusia. Peninggian dalam hal ini bukan hanya karena posisi salib yang ditegakkan vertikal dan meninggi dari atas tanah, tetapi juga atas dasar martabat keilahian Yesus. Paradoks salib adalah perendahan di mata manusia, ternyata menjadi peninggian di mata Allah. Itu semua terjadi karena besarnya cinta Allah kepada umat manusia.

Yesus menempatkan ajaran tentang peninggian Anak Manusia ini dalam wejangan-Nya kepada Nikodemus. Tokoh agamawan Yahudi yang disebut oleh Yesus sebagai pengajar Israel itu datang kepada Yesus di waktu malam. Injil Yohanes menyukai ungkapan-ungkapan simbolik. Yesus yang datang ke dunia digambarkan bagaikan Terang yang datang ke dunia.

Kata “malam” dekat dengan situasi kegelapan. Nikodemus yang berada dalam kegelapan datang kepada Yesus yang adalah Terang bagi dunia. Kedatangan Nikodemus kepada Yesus sebenarnya menunjukkan dinamika dari gelap menuju terang (kayak R.A. Kartini aja yaaa…habis gelap terbitlah terang hehhehe..), dan proses kelahiran kembali dari Roh. Kelahiran kembali dari Roh ini akan membuat umat beriman mampu melihat Kerajaan Allah yaitu memperoleh hidup kekal.

Bagaimana proses dari gelap menuju kepada terang, supaya dilahirkan kembali dari Roh dan akhirnya memperoleh hidup kekal itu dapat terjadi? Itu bukan karena karya manusia, tetapi terjadi berkat kasih-karunia Allah. Kasih karunia Allah yang total terjadi di dalam diri Yesus yang sengsara, wafat dan dibangkitkan demi keselamatan umat manusia.

Bagi Yohanes, peninggian Yesus Sang Anak manusia di atas salib sudah merupakan tindakan kasih dan tindakan dalam penyelamatan. Yesus dalam Yohanes memakai analogi peninggian ular tembaga oleh Musa di padang gurun. Rasanya tidak enak di hati jika Yesus dianalogikan dengan ular tembaga. Namun yang pokok bukan pada ular tembaganya t,etapi pada dinamika peninggian yang membawa keselamatan.

Yesus dalam Yohanes ingin menyatakan bahwa percaya kepada Dia yang ditinggikan di salib akan membawa keselamatan. Perlu digarisbawahi kata “harus” dalam peninggian Anak Manusia. Dengan menyatakan bahwa Anak Manusia “harus” ditinggikan, ingin ditegaskan bahwa penyaliban Yesus adalah rencana Bapa yang harus digenapi. Salib bukan kegagalan, tetapi memang direncanakan agar umat manusia percaya bahwa Allah telah mengasihi umat manusia secara total dengan cara membawa mereka kepada keselamatan kekal.

Pertanyaan refleksinya, Bersediakah Anda menjadi ‘nikodemus-nikodemus’ masa kini yang bergerak dari gelap menuju terang? Tindakan konkret apa yang dapat Anda lakukan agar bangga dengan salib Kristus? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts

  • Menyambut Yesus dalam Kerendahhatian

    Percik Firman : Menyambut Yesus dalam KerendahhatianSenin, 28 September 2020Bacaan Injil: Luk 9:46-50 “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku” (Lukas 9:48) Saudari/a ku ytk.,Anak kecil biasanya dikenal polos, lugu, dan mudah kagum akan segala sesuatu. Ketika habis berkelahi dengan temannya, mereka pun…

  • Berjiwa Sosial

    Percik Firman : Berjiwa SosialKamis, 17 Maret 2022Bacaan Injil: Luk. 16: 19-31 Saudari/a ku ytk.,Kekayaan sebenarnya bukan penghalang, tetapi bisa menjadi sarana untuk hidup baik dan suci. Bahkan bisa sarana keselamatan dan berbagi pada sesama. Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus mengkritik sikap orang kaya yang egois dan menyalahgunakan kekayaannya. Ia tidak peduli pada…

  • Menanggapi Undangan Tuhan

    Percik Firman : Menanggapi Undangan TuhanKamis, 20 Agustus 2020PW St. Bernardus, Abas dan Pujangga GerejaBacaan Injil: Mat 22:1-14 “Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu” (Mat 22:9) Saudari/a ku ytk.,Bagaimana rasanya jika Anda diundang untuk pesta? Mungkin ada yang merasa senang, terharu, bingung,…

  • Menjaga Hati dan Mulut

    Percik Firman: Menjaga Hati dan MulutSelasa, 4 Agustus 2020PW St. Yohanes Maria Vianey, ImamBacaan Injil: Mat 15:1-2.10-14 ”Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang (Mat 15:11) Saudari/a ku ytk.,Ada seorang OMK (Orang Muda Katolik) mensharingkan pengalamannya bagaimana dia berdiskusi dengan teman muslim terkait dengan…

  • Menjadi Viral

    Percik Firman : Menjadi ViralRabu, 10 Januari 2024Bacaan Injil: Mrk 1:29-39 “Waktu menemukan Dia mereka berkata: ‘Semua orang mencari Engkau” (Mrk 1:37) Saudari/a ku ytk.,Sesuatu yang menarik perhatian banyak orang akan ‘viral’ dengan cepat. Dalam hitungan detik berita itu akan cepat menyebar dan diterima banyak orang di berbagai penjuru tempat. Apalagi sekarang dengan kecanggihan dan…