Menghadirkan Berkat atau Celaka?

Percik Firman : Menghadirkan Berkat atau Celaka?
Senin, 23 Agustus 2021
Bacaan Injil: Mat. 23:13-22

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang” (Mat. 23:13)

Saudari/a ku ytk.,
Banyak orang merasa gagal menjalankan perannya karena silau oleh jabatan, situasi di luar dirinya, dan tidak serius menjalankan peran pokok dalam hidupnya.

Seorang pemimpin merasa gagal karena ia lebih sibuk memikirkan kepentingannya sendiri daripada anak buahnya atau rakyatnya. Seorang bapak merasa gagal karena ia di-PHK dari pekerjaannya, sehingga tidak bisa memberikan nafkah seperti biasanya kepada keluarganya.

Seorang pelajar atau mahasiswa gagal karena asyik bermain games dan lupa pada tugas pokoknya belajar di masa pandemic Covid-19. Seorang anak merasa gagal karena ia lebih asyik dengan dirinya sendiri, tidak bakti pada orangtua. Begitu orang tuanya meninggal ia getun (menyesal).

Bacaan Injil hari ini mengisahkan kecaman yang sangat keras dari Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi dan ahli kitab. Tuhan Yesus menyampaikan sabda celaka kepada mereka. Mengapa? Karena mereka gagal menjalankan peran dan panggilan yang pokok menjadi tokoh dan pemimpin agama.

Mereka hadir tidak menjadi berkat, tetapi malah menjadi kutuk (penghalang) bagi orang lain yang mau hidup baik dan masuk surga. Tadi dikatakan, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.”

Kecaman Tuhan Yesus berkaitan dengan dua sikap mereka, yaitu: (1) tidak sanggup menjalankan peran sebagai penunjuk arah atau jalan menuju Allah; (2) mengajak orang untuk menomorduakan Allah. Sebagai tokoh dan pemimpin agama, mereka seharusnya menuntun umat untuk semakin dekat dengan Allah, tetapi kenyataannya mereka justru semakin membuat orang menjauh dari Allah. Bahkan lebih parah lagi mereka justru mengajak orang untuk menomorduakan Allah.

Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk tidak bersikap munafik, seperti orang Farisi dan ahli Taurat. Munafik mempunyai tiga arti, yaitu: (1) berpura-pura percaya atau setia kepada agama tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; (2) suka selalu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; (3) bermuka dua. Kita perlu terus berusaha untuk menyelaraskan antara apa yang kita imani dengan apa yang kita lakukan.

Mumpung masih ada waktu dan sebelum ajal menjemput. Lebih baik terlambat daripada sama sekali tidak bertobat. Mari kita introspeksi diri dan mengevaluasi diri. Tidak perlu menyalahkan keadaan atau orang lain.

Pertanyaan refleksinya, apakah saya telah menjalankan tugas panggilan hidup dengan baik dan benar? Selama ini saya lebih banyak menghadirkan berkat atau celaka kepada sesama? Apakah saya siap membuka hati untuk dituntun Tuhan menjadi pribadi yang menjadi berkat bagi sesama? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts