Bunda Maria Ratu

Anda perlu Tahu

Percik Katekese tgl 22 Agustus : Bunda Maria Ratu

Pada masa Biasa, kita selalu mendoakan Doa Malaikat Tuhan pada jam 6 pagi, 12 siang dan 6 sore. Tetapi saat masa Paskah, dalam tradisi Gereja Katolik kita biasanya mendaraskan doa Ratu Surga, sebagai pengganti doa Malaikat Tuhan. Doa Ratu Surga (Regina Caeli atau Queen of Heaven) ini meneguhkan keyakinan kita bahwa Santa Perawan Maria adalah ratu surga.

Setiap tanggal 22 Agustus, Gereja merayakan Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu. Keratuan Bunda Maria tidak dapat dipisahkan dengan Yesus sebagai Raja Kekal sekaligus Raja Damai. Yesus adalah Raja dari segala raja. Kerajaan Yesus adalah kekal selama-lamanya. Karena melahirkan Yesus Sang Raja atas surga dan bumi, maka Bunda Maria adalah Ratu Surga. Dia taat pada kehendak Allah. Dia adalah pribadi yang taat dan rendah hati.

Diungkapkan dalam bacaan Injil hari ini, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.
Dalam buku “12 Katekese, Renungan dan Doa Bunda Maria” (Kanisius, 2019), saya menguraikan dengan cukup panjang lebar tentang sejarah, dasar dan spiritualitas peringatan Santa Perawan Maria Ratu ini (hlm. 42-44).

Setelah diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya, Bunda Maria dinobatkan sebagai Ratu. Peringatan ini dirayakan tujuh hari setelah Hari Raya Bunda Maria diangkat ke Surga (Maria Assumpta). Apakah Bala Malaikat di surga memerlukan waktu tujuh hari untuk mempersiapkan upacara penobatan Maria sebagai Ratu? Hal ini juga merupakan ungkapan iman yang tidak bisa lagi dijelaskan secara logis dan kronologis. Gereja kehabisan kosa kata untuk mengungkapkan penghargaannya atas keistimewaan Bunda Maria.

Dasar dari ajaran Gereja tentang Santa Perawan Maria Ratu Surga ini dapat kita temukan dalam beberapa sumber, antara lain: Kitab Wahyu 11:19-12:1; ajaran Santo Athanasius (296-373); ajaran Santo Louis de Montfort (1673-1716); dan Katekismus Gereja Katolik no. 966.

Kitab Wahyu bab 11 dan 12 menyebutkan penglihatan Rasul Yohanes akan surga di mana terlihat Sang Tabut Perjanjian, yaitu seorang perempuan yang berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan bermahkotakan dua belas bintang” (Why 11:19-12:1). Tanda besar di langit itu, yaitu perempuan tersebut, adalah Bunda Maria, sebab Anak laki-laki yang dilahirkannya dan yang akan menggembalakan semua bangsa itu adalah Kristus.

Sementara itu Santo Athanasius mengajarkan, “Jika Sang Anak adalah Raja, maka ibu yang melahirkan-Nya adalah layak dan sungguh pantas disebut sebagai Ratu dan yang berkuasa.”

Kemudian Santo Louis de Montfort mengajarkan, “Tuhan menjadikan Maria ratu surga dan bumi; pemimpin pasukan-Nya, pembagi rahmat-Nya, pekerja mukjizat-mukjizat-Nya, penghancur musuh-Nya dan penolong yang setia di dalam pekerjaan- pekerjaan-Nya dan kemenangan-Nya.”

Hal ini semakin ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 966 yang mengutip dari ajaran Konsili Vatikan II “Lumen Gentium no 59”, demikian: “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut.”

Mari menumbuhkan kebanggaan kita sebagai putra-putri Bunda Maria Sang Ratu # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts