Doa bagaikan Nafas

Percik Firman: Doa bagaikan Nafas
Jumat, 28 Mei 2021
Bacaan Injil: Mrk. 11:11-26

Sdri/a yang terkasih,
Apakah Anda sudah berdoa hari ini? Seberapa sering Anda berdoa dalam sehari? Berdoa sangat penting bagi hidup kita. Berdoa itu bagaikan nafas bagi orang beriman. Kalau nafas kita tidak bisa berjalan normal, hidup dan kegiatan kita akan tersendat dan terhambat.

Paus Fransiskus pernah mengungkapkan: “Doa adalah senjata paling ampuh yang kita miliki, sebuah kunci untuk membuka pintu hati Tuhan. Doa adalah kekuatan terbesar Gereja yang tidak boleh kita tinggalkan”.

Salah satu pesan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini adalah pentingnya berdoa dengan penuh iman. “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”, tegas Yesus.

Sabda ini disampaikan Tuhan Yesus kepada para murid saat mereka melihat pohon Ara yang dikutuk Tuhan Yesus sudah menjadi kering sampai ke akar-akarnya.

Iman menjadi kunci penting terkabulnya sebuah doa kita. Banyak hal yang mustahil bagi manusia bisa menjadi kenyataan berkat iman kita pada Tuhan. Masalah yang ruwet bisa diurai dan ditemukan solusinya karena ada campur tangan rahmat Allah.

Pada zaman kemajuan teknologi saat ini, terlebih zaman serba online di masa pandemi saat ini, tak jarang orang sulit menyediakan diri dan waktu untuk berdoa. Godaan untuk bermain media sosial sampai larut malam makin besar.

Tak jarang orang tergoda semakin menjauh dari Allah. Orang semakin asyik dengan dirinya sendiri dan peralatan teknologi. Orang mengesampingkan Allah, tidak memberi tempat lagi kepada Allah dalam hidupnya. Padahal, kita dipanggil untuk menjadi manusia pendoa, man of prayer, man of God. Dua situasi yang bertolak belakang ini menumbuhkan tegangan dalam hidup kita. Tegangan itu adalah tegangan yang kreatif.

Lantas, bagaimana kita menghadapi tegangan yang kreatif tersebut? Salah satu tindakan yang penting dilakukan adalah menyediakan waktu hening. Tidak menunggu dan mengharapkan keheningan dari orang lain, tetapi kita sendiri yang menciptakannya.

Orang Jawa menyebut: Neng (meneng), Ning (Wening), dan Nung (Dunung). Meneng dan wening merupakan usaha disiplin diri supaya kita bisa menemukan dunung, yaitu kesejatian hidup.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini? Godaan apa yang paling besar menghambat Anda untuk membangun habitus doa setiap hari? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Merto Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts