Menjadi Teladan di Masa Krisis
Percik Firman: Menjadi Teladan di Masa Krisis
Jumat, 19 Maret 2021
HR Santo Yusuf, Suami SP Maria
Bacaan Injil: Mat 1:16.18-21.24a
Sdri/a yang terkasih,
Di masa Pandemi Covid-19 ini Paus Fransiskus menetapkan tahun 2020-2021 sebagai Tahun Santo Yusuf, tepatnya mulai 8 Desember 2020 s/d. 8 Desember 2021. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Surat Apostolik “Patris Corde” (Dengan Sebuah Hati Bapa) oleh Bapa Suci Paus Fransiskus di Vatikan pada tanggal 8 Desember 2020.
Paus Franskiskus mencanangkan Tahun Santo Yusuf ini dalam rangka untuk memperingati 150 tahun penetapan Santo Yusuf sebagai pelindung Gereja Universal atau Gereja Semesta. Pada waktu itu Paus Pius IX menetapkan Yusuf sebagai pelindung gereja universal.
Pada hari ini tgl 19 Maret kita merayakan Hari Raya Santo Yusus, suami Santa Perawan Maria. Mulai abad ke delapan dan kesembilan, tanggal 19 Maret ditentukan sebagai hari raya utama Santo Yusuf. Santo Yusuf adalah tokoh teladan dalam beriman di tengah masa krisis.
Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk “Pergilah kepada Yusuf” (Ite ad Ioseph) dalam masa Pandemi Covid-19 saat ini. Mengapa? Karena diyakini bahwa Santo Yusuf berhasil melewati masa krisis atau titik-titik genting pergulatan hidupnya dengan baik.
Dalam Surat Patris Corde (PC), Paus Fransiskus menguraikan ada tujuh figur keutamaan yang dapat diteladani dari Santo Yusuf, yaitu: seorang bapak yang dikasihi, seorang bapak yang lembut dan penuh kasih, seorang bapak yang taat, seorang bapak yang menerima, seorang bapak yang berani secara kreatif, seorang bapak yang bekerja, dan seorang bapak dalam bayang-bayang.
Santo Yusuf sungguh bertanggungjawab atas situasi Maria setelah Maria menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Karena kasihnya kepada Maria, Yusuf mendengarkan dan melaksanakan kehendak Tuhan yang ia terima melalui mimpinya, yaitu “mengambil Maria menjadi isterinya” (Mat 1:20).
Santo Yusuf setia pada panggilannya untuk mendampingi Maria dan Yesus. Ia harus bekerja keras sebagai seorang tukang kayu. Ia bahagia dapat melakukan hal-hal sederhana bagi keluarganya di Kota Nazaret. Semua hal dilakukannya dalam kesunyian Nazaret untuk kebahagiaan Maria dan Yesus.
Beberapa kali malaikat Tuhan mengunjung Santo Yusuf dalam mimpi. Yusuf melaksanakan segala perintahnya dalam diam, tanpa kata. Dalam hidupnya Santo Yusuf mempunyai kepekaan menangkap kehendak Allah lewat mimpi.
Ada empat mimpi yang dialami Santo Yusuf dan langsung dilaksanakan pesan-Nya dengan taat (Mat 1:24; Mat 2:14-15; Mat 2:21; dan Mat 2:22).
Pertama, dalam kebimbangannya, dia didatangi malaikat Tuhan agar tidak takut mengambil Maria sebagai isterinya. Ketaatannya memungkinkan untuk mengatasi kesulitannya dan menyelamatkan Maria.
Kedua, saat bayi Yesus mau dibunuh oleh Herodes, Yusuf membawa Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir sampai Herodes mati.
Ketiga, saat tinggal di Mesir Santo Yusuf diberitahu lewat mimpi bahwa Herodes sudah mati. Lalu dia membawa Maria dan Yesus untuk kembali ke tanah Israel.
Keempat, dalam perjalanan pulang, Yusuf diberitahu bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya. Karena dinasihati dalam mimpi, Yusuf pergi ke daerah Galilea dan tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret.
Setiap mimpi itu menunjukkan kehendak Allah yang harus dilaksanakannya. Paus Fransiskus menyebut Santo Yusuf sebagai seorang bapak yang taat. Ketaatan Santo Yusuf terhadap kehendak Allah sudah teruji sejak awal mau memperisteri Maria sampai akhir hayatnya. Bahkan sampai ada doa devosi kepada Santo Yusuf tidur (The Sleeping St. Joseph).
Santo Yusuf menjadi teladan dalam ketaatan melaksanakan kehendak Allah. Kepekaannya dalam mimpi menjadi kunci untuk memahami kehendak Allah (manages kersa Dalem Gusti). Marilah kita mohon rahmat kepekaan hati agar dapat menghadapi pandemi ini dengan penuh pengharapan dan memahami kehendak Tuhan di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Paus Leo XIII menghadirkan Santo Yusuf dan peranannya dalam sejarah keselamatan melalui ensikliknya tentang Santo Yusuf Quamquam Pluries (1889). Paus Leo XIII ini mengungkapkan:
“Tuhan, dengan memberikan Yusuf kepada Santa Perawan, tidak memberikannya kepada Maria hanya sekadar sebagai pendamping hidup, saksi keperawanan, dan pelindung kehormatannya; Ia juga memberikan Yusuf kepada Maria agar ia, melalui ikatan perkawinan, dapat ikut ambil bagian dalam martabat yang agung dan luhur.”
Pertanyaan refleksinya, apakah selama ini Anda peka akan kehendak Allah? Bagaimana tanggungjawab Anda terhadap keluarga atau orang yang dipercayakan kepada Anda?
Santo Yusuf, doakanlah kami dan keluarga-keluarga yang saat ini sedang menghadapi masalah. Selamat berpesta pelindung bagi Anda, lingkungan, paroki atau sekolah yang berlindung pada Santo Yusuf. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr