Kebencian yang Diwariskan
Percik Firman : Kebencian yang Diwariskan
Selasa, 28 September 2021
Bacaan : Luk 9:51-56
Saudari/a ku ytk.,
Kebencian bisa menjalar. Permusuhan bisa menular. Bahkan bisa diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
Sebuah sekolah tertentu, misalnya, bisa dibenci oleh sekolah lain karena warisan dari alumni sebelumnya. Suku tertentu bisa dimusuhi atau dibenci oleh suku lain. Demikian pula bangsa yang satu bisa dibenci bangsa yang lain. Orang yang tidak tahu apa-apa bisa menjadi korban kebencian atau permusuhan yang sudah berlangsung lama.
Hal yang sama terjadi dan dialami oleh orang-orang Samaria dengan orang-orang Yahudi (Israel). Di antara orang Israel dan orang Samaria terjadi permusuhan yang cukup tajam dan sudah berlangsung lama.
Hal ini tampak dalam bacaan Injil hari ini. Yesus sebagai orang Yahudi ditolak oleh orang Samaria. Mereka tidak mengizinkan Yesus dan rombongannya melewati daerah orang Samaria.
Dikisahkan dalam Injil, “Mereka masuk ke suatu desa orang Samaria…tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem”. Akibatnya, para murid marah. Bahkan Yakobus dan Yohanes berniat mau menurunkan api dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria. Lalu Yesus menegur dan menenangkan mereka. Yesus mengajak mereka untuk mengalah dan melewati jalan yang lain.
Permusuhan orang-orang Samaria dengan orang-orang Israel memang sudah berlangsung lama sejak zaman Perjanjian Lama. Ketika orang-orang Israel (Yahudi) kembali dari pembuangan pada tahun 538 SM, mereka mendapati jika daerah tempat tinggal mereka kini ditempati oleh orang-orang lain yang menegaskan bahwa daerah tersebut kini adalah milik mereka dan ibukota Israel yang dulu telah hancur.
Namun karena raja Persia memerintahkan orang-orang yang pulang dari pembuangan untuk membangun kembali Bait Suci mereka (2 Taw. 36:22-23) di Yerusalem, maka mereka memulai pembangunan Bait Suci tersebut. Kitab Ezra menceritakan bahwa penduduk negeri itu (inilah yang kemungkinan dimaksudkan sebagai orang-orang Samaria) menawarkan kerjasama untuk bersama-sama membangun kembali Bait Suci (Ezra. 4:1-2).
Namun orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan menolak bantuan orang-orang Samaria itu karena mereka dianggap bukan lagi orang-orang Isreal yang murni karena mereka telah hidup bercampur dengan bangsa-bangsa kafir lainnya.
Bait Suci di Yerusalem selesai dibangun sekitar tahun 515 SM. Karena orang-orang Samaria ditolak untuk berpartisipasi dalam pembangunan maupun ibadah di Yerusalem, maka sekitar tahun 330 SM orang-orang Samaria telah membangun Bait Suci mereka di Gunung Gerizim, dekat Sikhem, sebagai tandingannya.
Pertanyaan refleksinya, apakah akhir-akhir ini Anda sedang bermusuhan dan masih menyimpan kebencian dengan seseorang? Apa yang ingin Anda usahakan untuk memutuskan rantai kebencian atau permusuhan yang ada? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi MeSRA (Merto Spiritual Rest Area).# Y. Gunawan, Pr