Melayani dengan Kasih
Percik Firman : Melayani dengan Kasih
Senin, 27 September 2021
PW Santo Vinsensius A Paolo, Imam
Bacaan : Luk 9:46-50
Saudari/a ku ytk.,
Hari ini tgl 27 September Gereja merayakan Peringatan Wajib Santo Vinsensius A Paulo (imam). Dia adalah anak seorang petani Perancis yang miskin, dilahirkan pada tahun 1581. Ia peduli pada orang miskin dan kecil.
Dia mendirikan suatu kongregasi imam yang secara khusus bekerja di antara para fakir miskin. Dikenal dengan nama Kongregasi Misi atau Lazaris (CM). Selain itu, ia juga mendirikan Kongregasi Suster Putri Kasih (PK). Dia juga menjadi pelindung karya tarekat Suster Putri-putri Maria dan Yosef( PMY).
Ia memberikan perhatian kepada para narapidana yang bekerja pada kapal-kapal pelayaran. Ia mendirikan rumah-rumah sakit serta wisma-wisma bagi anak-anak yatim piatu serta orang-orang lanjut usia. Ia mengumpulkan sejumlah besar uang untuk disumbangkan ke daerah-daerah miskin, mengirimkan para misionaris ke berbagai negara, serta membeli kembali para tawanan dari kaum Mohammedans.
Meskipun ia murah hati, ia mengakui dengan rendah hati bahwa sifat dasarnya tidaklah demikian. “Jika bukan karena kasih karunia Tuhan, aku ini seorang yang keras, kasar, serta mudah marah,” katanya. Vinsensius de Paul wafat di Paris pada tanggal 27 September 1660. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1737 oleh Paus Klemens XII.
Hidup dan kesaksian pelayanan Santo Vinsensius mengingatkan kita untuk menjadi sesama bagi yang lain. Kita dipanggil menjadi “Homo homini socius”, bukan “Homo homini lupus”. Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus mengungkapkan pentingnya melayani dengan kasih. Yesus memeluk seorang anak kecil sebagai ilustrasi untuk ajakan-Nya melayani dan memperhatikan orang-orang kecil dan lemah.
Yesus mengambil anak sebagai ilustrasi bukan karena kelucuannya, senyumannya atau innocence-nya, tetapi karena kerapuhannya, kelemahannya, ketidakberdayaannya serta ketergantungan total kepada orangtuanya. Yesus menempatkannya di tengah-tengah para murid, di tengah-tengah Gereja.
Hal ini mengingatkan kita bahwa yang seharusnya berada di tengah-tengah Gereja, yang menjadi pusat perhatian dan pelayanan, yang menerima pelukan penuh kasih adalah yang lemah, miskin, terlantar, tertindas dan tidak berdaya. Maka tak heran, misalnya, jatidiri Gereja Keuskupan Agung Semarang sebagai Pengurus Gereja Papa Miskin (PGPM).
Kita biasanya menghargai dan menghormati orang karena prestasinya, kekayaannya, jabatannya dan bukan karena pribadi atau keberadaannya. Yesus mengubah paradigma itu. Orang menjadi besar karena kehadirannya dibutuhkan. Melayani menjadi sebuah cara hidup para murid Yesus, agar kehadiran kita bernilai dan bermanfaat bagi orang lain.
Untuk melayani tidak perlu gelar, tidak perlu menguasai pengetahuan yang luar biasa terlebih dahulu. Yang dibutuhkan hanyalah hati yang penuh kegembiraan, dan jiwa yang dipenuhi kasih. Kalau Yesus menempatkan seorang anak kecil di tengah, artinya Yesus menjadikan anak itu sebagai pusat perhatian. Maka menyambut Yesus seperti menyambut anak kecil berarti kita menjadikan Yesus sebagai pusat hidup dan pusat per-HATI-an kita.
Marilah kita mohon rahmat hati yang gembira dan jiwa yang dipenuhi kasih dalam hidup ini. Santo Vinsensius, doakanlah kami. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi MeSRA (Merto Spiritual Rest Area).# Y. Gunawan, Pr