Menyuarakan Kebenaran

Percik Firman : Menyuarakan Kebenaran
Rabu, 9 September 2020
Bacaan Injil : Luk 6:20-26

“Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat” (Luk 6:22)

Saudari/a ku ytk.,
Ada orang Katolik yang berkualitas dan jujur di lembaga pendidikan negeri dihambat naik jabatan atau karier karena tidak mau pindah agama. Ia punya komitmen tidak akan mengambil uang yang bukan haknya.

Jika ada yang tidak beres, dia berani menyuarakan kebenaran. Dia tidak mau diajak korupsi berjamaah oleh teman-teman kantornya. Akibatnya, dia dibenci dan dikucilkan oleh teman-teman kantornya. Jika ada penyusunan proposal kegiatan, dia tidak dilibatkan.

Kita sebagai murid Yesus tak jarang mengalami kenyataan ini: dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak. Menyuarakan kebenaran seringkali dibenci dan tidak didengarkan. Mewartakan kebaikan malah ditolak. Meskipun demikian, kebenaran dan kebaikan harus tetap ditegakkan. Itulah juga yang ditegaskan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini.

Tuhan Yesus memuji dan mengagumi para pengikut-Nya yang tetap setia pada imannya. Diungkapkan tadi, “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.”

Itu adalah salah satu sabda bahagia yang disampaikan Tuhan Yesus. Dalam Injil Lukas hari ini, Yesus menyampaikan empat sabda bahagia dan empat sabda celaka/kutukan (Luk 6:20-26). Berbeda dengan Injil Matius, di sana disampaikan delapan sabda bahagia (bdk. Mat 5:3-12).

Sabda bahagia dalam Injil Lukas menubuatkan bahwa keadaan hidup sekarang nanti akan dibalikkan sama sekali (bdk. Luk 16:25). Sedangkan sabda bahagia yang ditulis dalam Injil Matius berupa suatu program untuk hidup baik yang disusul janji gambaran sorgawi.

Sabda bahagia versi Lukas lebih realistis dan membumi. Kita bisa mencermati bagaimana Lukas mengatakan “yang sekarang ini lapar” dan “yang sekarang ini menangis” (ay. 21). Versi Lukas sangat konkret. Ini bukan soal masa depan, tetapi masa sekarang.

Penambahan kata “sekarang” dalam injil Lukas ini, tidak punya makna apa-apa kalau seandainya janji Yesus bahwa mereka “akan dipuaskan” atau “tertawa” tetap berada di ranah eskatologis atau masa depan. Penderitaan maupun pemenuhan janji Yesus mestinya terlaksana pada waktu sekarang ini juga.

Pertanyaan refleksinya, pernahkah Anda dibenci dan ditolak karena menyuarakan kebenaran? Apa yang Anda lakukan jika dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. Jangan lupa bahagia.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts