Bunda Gereja yang Gemati
Percik Firman: Bunda Gereja yang Gemati
Senin, 1 Juni 2020
PW Santa Perawan Maria Bunda Gereja
Bacaan Injil: Mat 5:1-12
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8)
Sdri/a yang terkasih,
Pada hari ini, sehari setelah Hari Raya Pentekosta, Gereja merayakan Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Bunda Gereja (Mater Ecclesiae). Peringatan ini ditetapkan oleh Paus Fransiskus di Vatikan pada tanggal 3 Maret 2018.
Gereja menggambarkan Santa Perawan Maria bersama para rasul dan para murid yang berkumpul bersama pada hari Pentekosta yang pertama. Bunda Maria adalah teladan bertekun dalam doa yang dipersatukan dalam kesatuan akal budi dan hati dengan para anggota pertama Gereja.
Bunda Maria selalu hadir, menyertai, dan ada sejak awal mula Gereja lahir. Dia peduli dan gemati dengan kita. Ia tidak hanya menjadi teladan dalam ketekunan berdoa, namun juga menjadi ibu bagi kita semua seperti dikatakan Santo Agustinus bahwa, “Bunda Maria sungguh-sungguh ibu dari anggota-anggota Kristus, yaitu kita semua”.
Dengan menetapkan perayaan liturgis Santa Perawan Maria Bunda Gereja ini, Paus Fransiskus bermaksud mengajak semua anggota Gereja untuk meneladan Bunda Maria, sehingga semakin tumbuh “rasa keibuan Gereja dalam diri para imam, kaum religius, dan umat beriman yang didasari rasa hormat sejati kepada Bunda Maria”.
Gelar Santa Perawan Maria Bunda Gereja ini merupakan devosi kuno dari umat Katolik kepada Bunda Maria yang sudah berlangsung dari abad ke abad. Gelar Maria sebagai Bunda Gereja pertama kali digunakan oleh Berengaud (Uskup Treves); kemudian Santo Antoninus (Uskup Agung Florence), dan Santo Laurensius Giustiniani.
“Maria disebut sebagai Bunda Gereja, guru dan Ratu Para Rasul”, tulis Paus Leo XIII (wafat tahun 1903) dalam ensiklik Adjutricem Populi (Penolong Umat Manusia), yang diterbitkan bulan September 1895. Sementara itu pada tanggal 6 Desember 1960 di Basilika Santa Maria Maggiore Roma Paus Yohanes XXIII (wafat tahun 1963) berbicara tentang Bunda Maria sebagai “Bunda Gereja dan Bunda Kita yang paling terkasih”.
Pada tanggal 21 November 1964, saat merayakan Misa Kudus pada penutupan sesi ketiga Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI mengungkapkan harapannya agar gelar Bunda Maria, Bunda Gereja akan “menghantar umat Kristiani untuk lebih menghormati Bunda Maria dan menyerukan namanya dengan keyakinan yang lebih besar.”
Beliau memaklumkan bahwa “mulai dari sejak sekarang seluruh umat Kristiani selayaknya memberikan penghormatan yang lebih besar kepada Bunda Allah di bawah gelarnya yang mengagumkan ini.”
Paus Yohanes Paulus II seringkali mempergunakan gelar ini sejak awal masa kepausannya tahun 1978, memandang kepada Bunda Maria yang ada di Ruangan Atas berdoa bersama Para Rasul pada hari Pentakosta. Terkait dengan penjelasan lebih lengkap tentang Santa Perawan Maria Bunda Gereja ini, dapat Anda baca di buku ini (Y. Gunawan Pr, “12 Katekese, Renungan dan Doa Bunda Maria”, Kanisius, Yogyakarta, 2019, hlm. 54-62).
Bacaan Injil pada peringatan hari ini merupakan bagian dari khotbah Yesus di bukit tentang 8 Sabda Bahagia. Ketika melihat orang banyak, Yesus mulai mengajar. Dia menyampaikan Sabda bahagia. Berulang-ulang dikatakan ”berbahagialah”, yang dalam bahasa Yunaninya: makarios, yaitu kebahagiaan yang lengkap, utuh, sempurna.
Salah satu sabda bahagia itu adalah berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Bunda Maria mempunyai hati yang suci. Kesuciannya dinyatakan oleh Gereja sejak dalam kandungan ibunya, yakni Santa Anna. Maka, ada Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa (Maria Immaculata).
Ada banyak teori mengenai kesucian yang dapat membantu memahami apa itu kesucian. Namun yang paling memberi pencerahan tentulah apa yang dikatakan Yesus sendiri, yang secara sederhana dinyatakan dalam Sabda Bahagia (bdk. Mat 5:3-12). Ini menjadi identitas umat Kristiani. Kalau orang bertanya, bagaimana menjadi orang Kristiani yang baik, jawabannya sederhana, lakukanlah apa yang dikatakan oleh Sabda Bahagia.
Kata “bahagia” dapat diartikan sama dengan kata “suci”, karena mengungkapkan orang setia pada Allah dan menampilkannya dalam hidup. Sabda Bahagia ini mengingatkan kita bahwa Tuhan menuntut komitmen dari dalam hati kita terhadap saudara-saudari.
Pertanyaan refleksinya, Seberapa sering Anda berdoa melalui Santa Perawan Maria Bunda Gereja selama ini? Apa yang perlu Anda usahakan agar dapat menjadi pribadi yang suci? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.
# Y. Gunawan, Pr