Jangan Ada Yang Hilang
Percik Firman : Jangan Ada Yang Hilang
Senin, 2 November 2020
PW Arwah Semua Orang Beriman
Bacaan Injil: Yoh 6:37-40
“Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:39)
Saudari/a ku ytk,.
Dalam salah satu audiensinya, Paus Fransiskus berbicara tentang kekudusan. Bapa Suci berpesan, “Jadilah orang kudus dalam hidup sehari-hari.” Dalam audiensi itu, Bapa Suci menegaskan bagaimana kita bisa menjadi orang kudus. Pada waktu itu Paus Fransiskus ditanya seorang umat, “Bapa, dalam keseharian dapatkah saya menjadi orang kudus?”
“Ya, Anda bisa,” jawab Paus. Untuk menjadi orang kudus, kita tidak harus berdoa sepanjang hari. Lantas bagaimana caranya? “Lakukan tugasmu sepanjang hari. Berdoa, bekerja, menjaga anak-anak. Tetapi semuanya harus dilakukan dengan hati mengarah kepada Tuhan, sehingga pekerjaan, bahkan sakit dan penderitaan, juga dalam kesulitan, terarah kepada Tuhan,” tegas Paus yang bijaksana ini.
Terarah kepada Tuhan atau mengarah kepada Tuhan. Itu pointnya. Apa pun yang kita lakukan dalam hidup sehari-hari, apa pun pekerjaan kita marilah diarahkan kepada Tuhan. Artinya, hidup di dunia ini tidak kekal, rumah di dunia ini tidak selama-lamanya akan kita tempati. Akan ada kehidupan kekal setelah di dunia ini.
Dalam bacaan Injil pada Peringatan Arwah Semua Orang Beriman hari ini, Tuhan Yesus mengungkapkan apa yang menjadi kehendak Allah. Ditegaskan Tuhan Yesus, “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.
Allah menghendaki kita semua yang beriman pada Kristus mengalami keselamatan, selalu bersatu, tidak hilang dari kawanan, dan akan dibangkitkan pada akhir zaman.
Ada tradisi Gereja yang sangat baik setiap tanggal 2 November, yakni mendoakan semua arwah orang beriman, saudari/a kita yang sudah dipanggil Tuhan. Pada hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman hari ini menjadi waktu yang tepat untuk mengenangkan mereka yang telah meninggal dunia, baik melalui intensi/ujub Misa bagi kedamaian kekal jiwa mereka, mengenangkan mereka secara khusus dalam Misa Arwah, maupun mengunjungi makam (jika memungkinkan).
Dengan misa arwah, kita hendak memuji dan bersyukur kepada Allah atas anugerah kehidupan ini. Melalui Ekaristi Gereja memohon cinta dan belas kasih Allah, serta pengampunan dosa bagi orang yang meninggal dunia. Pada perayaan Ekaristi itu seluruh umat kristiani menegaskan dan mengungkapkan kesatuan Gereja di dunia dengan Gereja di surga yang berhimpun dalam persekutuan para kudus. Itulah yang dikenal dengan persekutuan dengan semua orang kudus (communio sanctorum).
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK no. 954), diajarkan bahwa Kristus menyatukan seluruh anggota Gereja dalam communio sanctorum, yakni mereka yang masih mengembara di dunia ini (Gereja yang berziarah), mereka yang sedang dimurnikan di dalam Api Penyucian (Gereja yang menderita), maupun mereka yang telah berjaya di Sorga (Gereja yang mulia).
Gereja tidak hanya berdoa untuk umatnya yang masih hidup di dunia, tetapi juga berdoa untuk umatnya yang sudah meninggal dunia. Gereja dipanggil untuk mempersembahkan kurban Ekaristi bagi umatnya yang semasa hidup mengimani Kristus.
Mengapa 2 November? Abbot (kepala biara) St. Odilo dari Cluny (th 1048) mengeluarkan dekrit kepada semua biara kongregasi di Cluny untuk merayakan tanggal 2 November sebagai “hari para arwah” (Omnium Defunctorum). Setelah Ibadat sore tanggal 1 November, bel dibunyikan dan doa ofisi untuk para arwah didaraskan. Keesokan harinya, imam merayakan Misa Kudus untuk jiwa-jiwa di Api Penyucian ini.
Tradisi biara Benediktin di Cluny ini segera menyebar ke biara-biara Benediktin lainnya, lalu diadopsi para imam Kartusian. Kemudian Paus Sylvester II (th 1003) menyetujuinya dan merekomendasikannya. Tanggal 2 November ini dipilih supaya peringatan para arwah tersebut bisa dilaksanakan berurutan (yakni 1 November untuk Hari Semua orang kudus yang sudah di Surga, dan 2 November bagi para arwah di Api Penyucian).
Praktek ini bukanlah praktek baru. Katekismus Gereja Katolik menyatakan, “Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan” (no. 1032).
Cara-cara apa yang paling efektif untuk membantu membebaskan arwah-arwah dari Api Penyucian? Menurut Maria Simma, cara yang paling efisien adalah melalui Misa Kudus. Mengapa Misa Kudus? Yesus Kristus sendiri menawarkan diriNya karena kasih terhadap kita. Adalah kurban Yesus sendiri kepada Allah, kurban yang paling indah. Imam adalah wakil Allah, tetapi Allah sendiri yang mempersembahkan diriNya sendiri dan mengurbankan diriNya sendiri bagi kita.
Gereja mengajarkan: “Misa Kudus melampaui ruang dan waktu, mempersatukan segenap umat beriman di surga, di bumi dan di api penyuciandalam Komuni Kudus, dan Ekaristi Kudus sendiri mempererat persatuan kita dengan Kristus, menghapus dosa-dosa ringan serta melindungi kita dari dosa berat di masa mendatang (bdk. Katekismus no. 1391-1396).
Selain mendoakan dalam misa kudus, menurut Maria Simma, kita juga bisa menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan mengucapkan doa Rosario, seluruh 20 misteri/peristiwa, demi orang-orang yang sudah meninggal. Melalui doa Rosario, banyak jiwa dibebaskan dari Api Penyucian setiap tahunnya; harus disebutkan pula di sini bahwa adalah Maria, Bunda Allah sendiri yang datang ke Api Penyucian untuk membebaskan jiwa-jiwa. Ini sangatlah indah karena jiwa-jiwa di Api Penyucian memanggil Bunda Maria dengan sebutan “Bunda Belaskasih.”
Pertanyaan refleksinya, Maukah Anda secara rutin mendoakan arwah saudara-saudari yang sudah meninggal dunia? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.
# Y. Gunawan, Pr