Ujian Kebijaksanaan

Percik Firman : Ujian Kebijaksanaan
Rabu, 21 Juli 2021
Bacaan Injil: Mat. 13: 1-9

“Barang siapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengarkan!” (Mat. 13:9)

Saudari/a ku ytk.,
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan saya akan pengalaman ujian ad audiendas sebelum ditahbiskan menjadi imam. Setiap calon imam yang akan menerima tahbisan imam harus lulus ujian ad audiendas. Ujian ini disebut juga ujian kebijaksanaan.

Seorang frater diuji di hadapan tiga orang penguji, yakni dosen ahli hukum Gereja, dosen ahli moral, dan Vikaris Jendral (Vikjen). Jika dia belum lulus, para penguji memberikan kesempatan ujian sampai 3 kali. Jika sampai 3 kali ujian pun tidak lulus, frater itu diserahkan kepada Bapa Uskup, agar Bapa Uskup sendiri yang mengujinya.

Dalam ujian itu ada tiga kasus yang biasanya ditanyakan, yaitu kasus pengakuan dosa, kasus moral dan kasus perkawinan. Jawaban frater itu akan menentukan tingkat kebijaksanaannya.

Mendengarkan adalah kemampuan yang penting dalam menumbuhkan kebijaksanaan dalam hidup sehari-hari. Orang yang bijaksana biasanya mempunyai kemampuan mendengarkan yang baik. Mendengarkan apa? Mendengarkan masukan dari teman-temannya, rekan kerjanya, dsb. Dan yang penting mendengarkan suara hatinya sendiri. Terlebih mendengarkan bimbingan Roh Kudus.

Bacaan Injil pada hari ini mengisahkan pengajaran Tuhan Yesus kepada para murid mengenai makna perumpamaan seorang penabur. Perumpamaan ini merupakan perumpamaan dasar dari ajaran Yesus. Dengan tegas, Tuhan Yesus mengungkapkan di bagian akhir perikop, Barang siapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengarkan!”

Hal itu diungkapkan setelah Yesus menyampaikan ajaran tentang sang penabur yang menaburkan benih. Benih itu jatuh di beberapa tempat yang berbeda-beda: di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di tengah semak duri, dan di tanah yang baik atau subur.

Jika benih itu adalah firman Allah, tanah yang menerima benih itu adalah hati manusia. Hati seseorang digambarkan seperti tanah, tempat benih ditabur. Ini berarti bahwa berbagai macam tanah yang digambarkan di dalam perumpamaan ini merupakan gambaran dari berbagai macam sikap hati: hati yang yang lembek, hati yang keras, hati yang diliputi kekhawatiran, atau hati yang terbuka (rendah hati).

Hati yang terbuka atau rendah hati akan menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya firman Allah itu. Juga menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya persaudaraan, kebaikan dan sukacita.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana usaha Anda untuk menjadikan hati Anda sebagai ‘tanah yang subur’? Seberapa peka Anda mendengarkan suara hati Anda? Mari kita mohon rahmat kebijaksanaan dan kerendahan hati. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts