Menyuap Tuhan?
Menyuap Tuhan?
Baca: Sir. 35:1-12; Mrk. 10:28-31
“Jangan mencoba menyuap Tuhan, sebab tidak diterimaNya, dan janganlah percaya pada korban kelaliman!” (Sir.35:11)
Masihkah ayat itu bergema di hati manusia, dimana agama hanyalah topeng mengejar untung dan kuasa?
Korupsi dan suap mungkin dianggap minyak pelumas, ketika itu sekedar pemerlancar urusan.
Persembahan bukanlah minyak pelumas permohonan kita pada Tuhan.
Persembahan adalah bagian ungkapan cinta pada Tuhan.
Persembahan bukanlah memberikan sisa penghasilan seperti yang dilakukan Kain (Kej.4:3), tetapi memberikan yang berharga dan yang berkenan pada Tuhan.
Persembahan adalah pemberian diri sepenuhnya karena cinta kepada Tuhan.
Sebab, “Barangsiapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau padanya, pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan; dan di masa datang ia akan menerima hidup yang kekal.” (Mrk.10:29-30)
Pantang dan puasa adalah ungkapan cinta seperasaan dengan Tuhan yang bersama mereka yang kelaparan dan menderita. Itulah perkenanan bagi Tuhan, sebagaimana Abil telah memberikan persembahan dombanya yang sulung tambun dan terbaik bagi Tuhan (Kej.4:4).
“Jauhkan kami, Tuhan dari sikap munafik yang demikian. Kami ingin memberi persembahan kami yang terbaik dengan tulus hati. Amin.”
Selamat memasuki Masa Prapaskah!
Rm. Markus Yumartana SJ, 4.3.2025