Gebrakan Yesus di Betania
Percik Firman : Gebrakan Yesus di Betania
Kamis, 29 Juli 2021
PW St. Marta, Maria, dan Lazarus (Sahabat Yesus)
Bacaan Injil: Luk. 10:38-42
“Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya” (Luk 10:38)
Saudari/a ku ytk.,
Hari ini tanggal 29 Juli Gereja merayakan Peringatan Wajib Santa Marta, Maria dan Lazarus. Mereka diberi gelar sebagai sahabat Yesus. Sebelumnya Gereja hanya memperingati Santa Marta saja. Tetapi mulai tahun 2021 ini Paus Fransiskus menambahkan nama Maria dan Lazarus.
Pada tanggal 2 Februari 2021, Paus Fransiskus telah menyetujui perubahan pesta liturgi Santa Marta dengan memasukkan pula nama saudara perempuan dan saudara laki-lakinya, Maria dan Lazarus, ke dalam Penanggalan Liturgi Gereja Katolik.
Menurut Kardinal Robert Sarah, ketua Kongregasi Ibadat Ilahi, Paus Fransiskus menetapkan perubahan itu “setelah mempertimbangkan kesaksian yang mereka (Maria dan Lazarus) perlihatkan dalam Injil, ketika menyambut Tuhan Yesus yang datang ke rumah mereka, yaitu mendengarkan Dia dengan penuh perhatian, dan mengimani bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup.”
“Marta dengan murah hati dan ramah-tamah menyambut Yesus, Maria mendengarkan perkataan-Nya dengan penuh perhatian, dan Lazarus segera muncul dari kubur atas perintah Dia yang berkuasa mengalahkan maut”, lanjutnya.
Merenungkan bacaan Injil hari ini sangat menarik. Tampilnya tokoh-tokoh perempuan, Marta dan Maria, merupakan sebuah gebrakan dan kebaruan dari Tuhan Yesus. Pada masa itu, peran perempuan sama sekali tidak di perhitungkan. Marta justru berinisiatif menyambut Yesus di rumahnya di Betania.
Waktu itu Tuhan Yesus dan para murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem. Nama ‘Betania’ berasal dari bahasa Aram Ibrani (bahasa Ibrani: beit-te’enah, beit berarti rumah; te’enah berarti pohon ara), artinya: rumah dari (pohon) ara.
Kampung Betania memang dekat Yerusalem. Jaraknya sekitar 2 mil dari Yerusalem dan terletak 1,5 mil (sekitar 2,4 km) di lereng sebelah tenggara dari Bukit Zaitun.
Saat Yesus mampir, Dia disambut dengan ramah, hangat dan penuh sukacita oleh keluarga Marta-Maria. Mereka berdua adalah sahabat Yesus dalam suka duka, teman sharing dan curhat.
Mereka menyambut Yesus dengan caranya masing-masing secara khas. Marta menyibukkan diri untuk mempersiapkan segala hidangan (makanan-minuman). Sedangkan Maria dengan nyaman menyambut Yesus melalui kerinduannya mendengarkan ajaran Tuhan Yesus.
Yang dilakukan Maria sebenarnya kebiasaan pria pada waktu itu: duduk berbicara dengan tamu. Yang dilakukan Marta adalah pekerjaan perempuan: sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjamu tamu. Tuhan Yesus hadir membawa pembaruan bagi mentalitas lama itu, yaitu memberi tempat pada peran perempuan yang setara dengan pria: semua sama haknya dalam hal berbicara, mendengar maupun melakukan pekerjaan rumah tangga.
Yesus juga mengajarkan bahwa mendengar Sabda Tuhan maupun melakukan aktivitas pelayanan merupakan dua hal yang tak terpisahkan dan saling melengkapi. Keduanya dapat dilakukan, baik pria maupun wanita. Dalam iman Kristiani, dimensi kontemplatif dan aktif merupakan satu-satu kesatuan tak dipisah-pisahkan.
Dalam masyarakat Jawa, kita mengenal ungkapan “Urip ing donya iki mung mampir ngombe”. Artinya, hidup di dunia hanya sementara. Manusia hidup di dunia ini adalah ‘mampir ngombe’ (mampir/singgah untuk sekedar melepas dahaga). Hal ini menggambarkan bahwa dunia ini hanya tempat persinggahan yang sementara.
Meski hanya mampir, tetap ada tugas misi yang harus dijalankan, seperti Tuhan Yesus lakukan di rumah Marta-Maria, yakni bagaimana kehadiran kita membawa sukacita dan memberikan peneguhan satu sama lain, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Seberapa lama kita mampir (hidup di dunia) tidak penting. Yang lebih penting, apa yang kita lakukan selama mampir ini dan bagaimana kita memaknai serta mengisi hidup di dunia ini.
Pertanyaan refleksinya, Bagaimana Anda mengisi (memaknai) hidup Anda di dunia yang hanya sementara ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr