Kekuatan Sapaan yang Tulus

Percik Firman: Kekuatan Sapaan yang Tulus
Minggu Adven IV, 19 Desember 2021
Bacaan Injil : Luk 1: 39-45

Saudari/a ku ytk.,
Kalau ada dua wanita yang sedang mengandung atau hamil bertemu, kira-kira apa yang diomongkan yach? Karena saking kepo nya, saya pernah bertanya kepada beberapa ibu. Jawaban yang bermunculan pun cukup bervariasi.

Ada yang saling ngomongin : berapa usia kandungan, ngidam apa saja, kapan HPL (Hari Perkiraan Lahir) nya, periksa rutin di mana, bagaimana kondisi janin, sudah masuk usia kandungan brp minggu, ini anak ke berapa, menanyakan siapa nama anaknya nanti?

Ada juga, ingin melahirkan caesar atau alami? Hasil USG nya cewek atau cowok? Ingin melahirkan di rumah sakit mana? Mau ditangani dokter siapa? Ikutan senam hamil ngga ? Ngomongin minum susu hamilnya merk apa? Lactamil atau Prenagen.

Ada yang saling tukar pengalaman selama kehamilan: Ada ibu yang ngebo (makan makanan apa saja). Ada ibu yang mengandung sering muntah atau tidak. Ada ibu yang setiap pagi bangun tidur mesti muntah-muntah, tapi sesudah itu siang maupun malam tdk muntah-muntah lagi. Rasanya pahit.

Saat hamil anak ke-2, pernah beli rujak dengan cabe 10, tetapi tidak merasa kepedasan. Saat hamil anak ke-3, setiap mencium bau bedak, minyak wangi, terasa mau muntah. Jadi selama hamil anak ke-3 ibu itu tidak pernah pakai bedak. Intinya: perjumpaan antar mereka mengasyikan, meneguhkan dan menguatkan. Sapaan dan saling bercerita itu memberikan kekuatan.

Secara manusiawi, semua orang butuh sapaan, butuh dukungan dari temannya atau saudaranya. Ada kebutuhan dicintai dan mencintai. Dalam ilmu psikologi, hal itu sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, selain makanan, pakaian dan tempat tinggal. Kehadiran fisik dan sapaan bisa menguatkan dan menghibur, terlebih ketika seseorang sedang menghadapi goncangan hidup atau permasalahan.

Itu pula yang dialami dan dirasakan Ibu Elisabet dan Ibu Maria dalam bacaan Injil hari ini. Keduanya sedang hamil untuk pertama kalinya. Bedanya, Elisabet sudah tua dan Maria masih muda. Perjumpaan Elisabet dan Maria ini sungguh membahagiakan.

Kunjungan Maria kepada saudaranya Elisabet ini terjadi di Ain-Karim. Ain-Karim adalah sebuah kota di Yehuda (di sebelah barat Yerusalem) yang berjarak kira-kira 10 km dari Yerusalem. Menurut tradisi, di sanalah tempat tinggal keluarga Imam Zakaria. Saat dikunjungi Maria, Ibu Elisabet bergembira dan merasa dikuatkan. Bahkan janin yang di dalam rahimnya pun melonjak kegirangan.

Elisabet pun berseru dengan suara nyaring: ”Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”. Maria tinggal di rumah Elisabet selama tiga bulan. Diperkirakan sampai Elisabet melahirkan.

Dalam buku Kehidupan Santo Yusuf (edisi asli bahasa Italia, 1921), dikisahkan bahwa Maria mengunjungi Elisabet dengan ditemani oleh Santo Yusuf. Di rumah Elisabet, Yusuf tidak menginap. Dia kembali ke Nasaret. Lalu tiga bulan kemudian Yusuf menjemput Maria untuk kembali ke Nasaret.

Kekuatan kehadiran dan sapaan yang tulus ternyata bisa menghangatkan dan menggembirakan. Perjumpaan Elisabet dan Maria itu merupakan sebuah kerinduan sekaligus rencana Allah sendiri. Kunjungan itu digerakkan oleh Roh Kudus. Perjumpaan itu merupakan pertemuan hamba-hamba Allah yang suci dan menjadi saksi-saksi rencana keselamatan Allah. Kegembiraan mereka merupakan damai sukacita yang juga diharapkan kita semua.

Menjelang Natal ini, kita bisa introspeksi diri dan bertanya: bagaimana dengan kehadiran kita selama ini, lebih banyak memberi kegembiraan atau ancaman pada orang lain? Kata-kata kita lebih banyak menyejukkan suasana atau memecah-belah relasi yang ada? Bagaimana pesan atau komentar Anda di group WhatsApp selama ini, menyejukkan atau memperkeruh kebersamaan? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area)# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts