Memuliakan Allah

Percik Firman: Memuliakan Allah
Rabu, 22 Desember 2021
Bacaan Injil: Luk 1:46-56

Saudari/a ku ytk.,
Dalam bacaan Injil, dikisahkan bagaimana Bunda Maria memuliakan Allah dengan kidung Magnificat (Jiwaku memuliakan Tuhan). Dia adalah contoh seorang ibu dalam menghayati hidup doa. Kebiasaan doa ini tentu juga diwariskan kepada kanak-kanak Yesus.

Menjelang Natal ini, kita diberi contoh teladan sosok seorang ibu yang luar biasa. Orang tua mempunyai peranan besar dalam mewariskan tradisi-tradisi doa kristiani kepada anak-anak. Maka tak heran, jika Paus Fransiskus pernah mengajak orangtua untuk mengajari anak-anak membuat tanda salib yang benar sejak dini.

Dalam sebuah audiensi di Vatikan, Paus Fransiskus mengungkapkan, “Pernahkah kamu melihat bagaimana anak-anak membuat tanda salib? Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan: terkadang mereka membuat sebuah rancangan, yang bukan merupakan tanda salib.”

Lebih lanjut dikatakan, “Tolong, para ibu dan para ayah, para kakek-nenek, ajarilah anak-anak sejak dini -saat masih sangat kecil- untuk membuat tanda salib dengan baik. Dan jelaskan kepada mereka apa arti salib Yesus sebagai perlindungan. Dan Misa dimulai dengan tanda salib.”

Saya menjadi ingat bagaimana ibuku (mamakku) mengajariku membuat tanda salib. Saat kecil saya sering keliru membuat tanda salib karena arahnya dari kepala, dada, trus tanganku ke bahu kanan, tidak ke arah bahu kiri. Mamak dengan sabar membenarkan arah gerakan tanganku.

Mamak juga mengajari kami bertiga (kakak, adik dan saya) cara berdoa, menghafalkan doa-doa, ikut misa mingguan di gereja, dan doa malaikat pamomong (malaikat pelindung). Sampai sekarang, tadi malam pun, doa itu saya doakan sebelum tidur malam.

Jika kami makan sepiring tidak habis, mamaklah yang menyelesaikan untuk memakannya sampai piring bersih. Ia mengajari bagaimana mensyukuri rejeki dari Tuhan. Jangan sampai membuang makanan.

Kita merayakan hari Ibu setiap tanggal 22 Desember. Setiap orang pasti lahir dari seorang ibu atau wanita. Tentu ada aneka perasaan dan situasi batin seorang anak terhadap ibunya. Tergantung bagaimana pengalaman dia berelasi dengan ibunya selama ini.

Ada yang bangga dengan ibunya. Ada yang kagum dengan ibunya. Ada yang benci dengan ibunya. Ada yang sakit hati dengan ibunya. Ada pula yang merasa bersalah dengan ibunya. Bahkan ada yang merasa berhutang budi pada ibunya dan menyesal karena belum bisa membahagiakan ibunya saat masih hidup di dunia.

Yesus yang kita rayakan kelahiran-Nya setiap tanggal 25 Desember, juga lahir dari seorang ibu yang hebat. Ibu Maria menjadi teladan para ibu sepanjang zaman. Ia mempunyai keutamaan rendah hati, sabar, tabah, dan maneges kersa Dalem Gusti (menyimpan perkara dalam hati dan merenungkannya).

Ia sosok yang mengandalkan Tuhan dalam segala situasi suka maupun duka. Yesus pernah memuji dan mengagumi Bunda Maria. Maria dipuji oleh Yesus karena menjadi teladan orang beriman dalam melaksanakan sabda Allah.

Mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita bangga dengan ibu kita? Apa yang akan dilakukan untuk membahagiakan ibu kita? Selamat menyongsong kelahiran Yesus dan mensyukuri kelahiran kita. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts