Ketangguhan Sang Ibu

Percik Firman: Ketangguhan Sang Ibu
Selasa, 15 September 2020
PW St Perawan Maria Berdukacita
Bacaan Injil: Yoh 19:25-27

Saudari/a ku ytk.,
Setiap tanggal 15 September Gereja merayakan Peringatan Wajib St. Perawan Maria Berdukacita. Ada sapta (7) dukacita Bunda Maria, yaitu:

  1. Nubuat Nabi Simeon bahwa pedang akan menusuk jiwa Maria;
  2. Melarikan Yesus ke Mesir;
  3. Hilangnya Yesus di Bait Allah;
  4. Perjumpaan Maria dengan Yesus saat dihukum mati;
  5. Menyaksikan Yesus wafat disalib; 6. Memangku jenasah Yesus;
  6. Yesus dimakamkan.

Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan bagaimana Bunda Maria berada di kaki Salib Yesus putranya (Yoh 19: 25-27). “Dekat salib Yesus, berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Kleopas dan Maria Magdalena”.

Mereka hadir dalam penderitaan sebagai teman-teman berbela rasa dan setia kawan. Ketabahan nyata dalam penampilan mereka dekat salib Yesus. Maria hadir dengan pengertian yang mendalam atas apa yang sedang menimpa Yesus putranya.

Wajah Maria memancarkan wajah seorang ibu yang mengasihi Anaknya dan mengerti perjuangan yang dirintis-Nya selama di dunia ini. Wajah Maria tetap mencerminkan ketangguhan dan kekuatan seorang hamba Tuhan yang pernah berkata, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu”.

Dalam keheningan derita di salib, Yesus bersabda kepada Maria dan murid yang dikasihi-Nya. Berkatalah Yesus kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu”. Dan kata Yesus kepada Yohanes, “Inilah ibumu”.

Dengan kata-kata tersebut, Yesus hendak menyampaikan pesan bahwa Maria diserahi untuk mendampingi murid-murid Yesus (yang diwakili Yohanes) untuk didampingi sebagaimana dulu Yesus didampingi Maria ibu-Nya.

Maria menjadi ibu jemaat beriman yang mencintai Yesus. Atau dengan kata lain, sabda Yesus di salib adalah sabda penuh kepercayaan, kepercayaan kepada Maria ibu-Nya dan kepada murid-murid-Nya yang akan tetap bersama Maria sebagai ibu yang penuh pengabdian.

Belajar dari Bunda Maria yang berada di bawah salib Yesus, kita diundang untuk memaknai salib dalam hidup kita. Bunda Maria dengan tekun berada di dekat salib, menatap derita Yesus dengan cinta. Bukan dengan mengeluh. Juga bukan dengan protes pada Tuhan.

Tidak ada alasan bagi murid Yesus di zaman sekarang untuk tidak menapaki jalan yang sama. Jalan yang telah ditempuh Yesus dan Maria guna mewujudkan karya penyelamatan kasih Allah di zaman sekarang.

Apakah Anda sanggup melaksanakannya? “Jalan salib” macam apa yang sedang atau pernah Anda lalui?

Bunda Maria juga menerima jenasah Yesus (diungkapkan: Patung Pietà). Ia menerima semua itu dengan kepasrahan sebagai hamba, setelah Yusuf Arimatea menurunkan jenasah Yesus dari salib. Ia memangku jenasah sang putra dengan iman yang kuat.

Sampai seorang seniman Italia, Michelangelo Lodovico Buonarroti Simoni (1475-1564), merefleksikan dan menghasikan sebuah mahakarya dalam bentuk patung Pietà, dimana Bunda Maria digambarkan sedang memangku jenasah Yesus.

Patung Pietà ini dibuat oleh Michelangelo pada tahun 1498-1499 atas permintaan duta besar Perancis pada bulan November 1497. Patung ini merupakan sebuah patung marmer yang pada mulanya dipersembahkan sebagai monumen di makam Kardinal Perancis Jean de Billhères de Lagraulas. Tetapi kemudian patung ini ditempatkan di dalam Basilika Santo Petrus di Vatikan, Roma, Italia pada abad ke-18 sampai sekarang ini.

Mari kita belajar ketangguhan dari Bunda Maria. Dia seorang pribadi yang beriman, pasrah, tabah dan tegar dalam menghadapi dukacita kehidupan ini. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan# Y. Gunawan, Pr.

Similar Posts