Bertanggungjawab

Percik Firman : Bertanggungjawab
Rabu, 21 Oktober 2020
Bacaan Injil : Lukas 12:39-48

“Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” (Luk 12:43)

Saudari/a ku ytk.,
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk bisa bertanggungjawab dan diandalkan. Tuhan Yesus bersabda, “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.”

Salah satu kebahagiaan seorang pendidik atau formator adalah saat melihat anak didik yang didampinginya bertanggungjawab dan dapat diandalkan dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya. Saya gembira melihat para seminaris rajin opera harian atau rajin menulis refleksi harian.

Dengan refleksi harian, setiap pengalaman hari itu direfleksikan. Mereka berlatih menyadari perasaan yang dominan. Dan mencoba memahami kehendak Tuhan atas peristiwa yang terjadi. Tidak mudah bagi anak remaja seperti mereka. Tetapi berkat ketekunan setiap hari dan bimbingan Roh Kudus, refleksi harian mereka cukup baik dan membanggakan.

Demikian pula orang tua juga akan bangga melihat anak-anaknya bisa bertanggungjawab terhadap studi yang dijalani. Jika anaknya tuntas dalam pelajaran atau nilainya di atas KKM, mereka pasti gembira.

Tanggung jawab akan mendatangkan sukacita atau kegembiraan. Sebagai seorang imam, saya juga gembira melihat para orangtua yang bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anaknya, yang setia pada janji perkawinannnya, yang membaptiskan anaknya sejak dini, yang tetap tegar menghadapi gelombang hidup berumahtangga.

Terkait dengan tanggungjawab orangtua terhadap anak-anaknya, kita bisa belajar dari teladan pasutri pada zaman modern ini yang diangkat menjadi orang kudus pada 21 Oktober 2001. Mereka adalah Bapak Luigi Beltrame dan Ibu Maria Beltrame Cuattrochi. Inilah pasutri pertama kali dalam sejarah Gereja yang diangkat menjadi orang kudus.

Dari perkawinan tanggal 25 November 1905, mereka dianugerahi 4 anak, yaitu: Filippo (15 Oktober 1906 – 20 February 2003, menjadi imam); Stefania (9 Maret 1908 – 1 Maret 1993, menjadi suster); Cesare (27 November 1909 – 31 Desember 2008, menjadi imam); dan Enrichetta (6 April 1914 – 16 Juni 2012).

Menurut Paus Yohanes Paulus II, pasutri tersebut diangkat menjadi orang kudus karena kehidupan keluarga mereka itu biasa, tetapi dijalani secara luar biasa. Pak Luigi adalah ahli hukum, sedangkan Bu Maria adalah perawat sukarelawan yang bergabung dalam Palang Merah Italia dalam masa perang. Dalam situasi hidup yang tidak mudah di Italia pada abad ke-20, mereka berfokus pada kehadiran Yesus yang nampak dalam rencana Allah atas perkawinan mereka.

Ada dua hal yang mendasari hidup sehari-hari mereka, yaitu: mencintai pekerjaannya dan tekun berdoa (Rosario dan Ekaristi).

Ketika anak yang ke-4 mau lahir, dia sudah divonis dokter: kemungkinan hidup hanya 5 % atau akan lahir cacat. Maka diusulkan untuk digugurkan saja. Dalam situasi itu, mereka mengandalkan Tuhan dan makin tekun berdoa. Mereka pun siap bertanggung jawab merawat anaknya meskipun cacat.

Apapun yang terjadi mereka siap menerima anak itu bagaimanapun kondisinya, karena dia adalah buah hati perkawinan mereka. Ternyata prediksi manusia berbeda dengan kehendak Tuhan.

Yang diprediksi tim medis dengan alat kedokteran kemungkinan hidup hanya 5%, tetapi atas kehendak Tuhan ternyata Enrichetta bisa hidup sampai usia 98 tahun (1914-2012). Bahkan saat kedua orangtuanya dibeatifikasi di Roma, ia masih bisa menghadirinya.

Tidak ada yang mustahil bagi orang yang selalu mengandalkan Tuhan dalam kesulitan hidupnya dan selalu rendah hati di hadapan Tuhan.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana sikap tanggungjawab Anda terhadap pekerjaan atau keluarga yang dipercayakan kepada Anda selama ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.

#Y. Gunawan, Pr.

Similar Posts