Komitmen Cinta
Percik Firman: Komitmen Cinta
Jumat, 12 Juni 2020
Bacaan Injil: Mat 5: 27-32
“Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:28)
Saudari/a ku ytk.,
Dalam sebuah kesempatan penyelidikan kanonik calon manten beda agama, terucap sharing pengalaman yang menarik. Pihak yang non Katolik mengungkapkan bahwa dia mau menikah dengan orang Katolik karena perkawinan dalam Gereja Katolik bersifat monogami dan tak terceraikan sampai mati.
Dia terkesan dan tertarik dengan hal tersebut. Dia sendiri juga tidak mau dimadu. Ia ingin mencintai pasangan hidupnya dengan total sampai mati. Demikian pula ia menginginkan pasangan hidupnya juga mencintainya dengan total.
Perkawinan adalah sebuah panggilan yang suci dan luhur. Di sana ada perjanjian antara kedua belah pihak di hadapan Allah, imam dan dua orang saksi. Kedua belah pihak, suami dan isteri, harus mempunyai komitmen cinta yang total dan sungguh-sungguh. Maka, komitmen cinta menjadi pegangan dan ‘harga mati’ yang tidak bisa ditawar demi terwujudnya tujuan perkawinan untuk saling membahagiakan satu sama lain.
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk bersikap radikal dalam menjaga komitmen cinta itu. Tuhan Yesus memberikan cara pandang yang lebih radikal terkait dengan perzinahan. “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”, tegasnya.
Dalam konteks Yahudi, Perintah Allah supaya jangan berzinah menjadi bagian dari hukum yang sudah tertulis sejak Musa ‘menerbitkan’ Taurat bagi orang Yahudi. Perintah supaya jangan berzinah ini menjadi bagian dari dekalog atau 10 Perintah Allah, bukan hanya sekedar perintah manusia.
Akibat dari perbuatan itu adalah menimbulkan rasa sakit hati. Dari rasa sakit hati itu kemudian muncul bermacam-macam tindakan lain. Dalam konteks pengertian seperti itu kemudian Yesus memberikan pengajaran tentang perikop hari ini.
Bahkan bagi Yesus kategori perzinahan lebih radikal, yakni ketika dalam hati dan pikiran sudah terbayang keinginan untuk memiliki istri orang lain atau wanita yang bukan istrinya, itu sudah termasuk dalam pelanggaran perzinahan.
Monogami adalah kekhasan perkawinan Katolik. Cukup pada satu istri satu suami merupakan sikap kristiani yang dijunjung tinggi. Bukan sekedar soal jumlah, namun yang lebih dalam dari itu berkaitan dengan komitmen pada diri sendiri, setia pada yang satu, dan mencintai dengan sepenuh hati. Bahkan terkait dengan berkomitmen pada janji perkawinan bahwa akan setia dengan pasangan hidupnya dalam suka dan duka, untung dan malang, serta sehat dan sakit.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana hidup perkawinan Anda akhir-akhir ini? Apakah Anda tetap mencintai dan mensyukuri pasangan hidup Anda sampai saat ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.
# Y. Gunawan, Pr