Kualitas Sang Gembala

Percik Firman: Kualitas Sang Gembala
Senin, 4 Mei 2020
Bacaan Injil: Yoh. 10:11-18

“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku” (Yoh 10:14)

Saudari/a ku ytk.,
Pada saat saya diminta mengisi sesi pengajaran kepada para seminaris dalam acara “Staf Mengajar”. Saya menyampaikan materi tentang kepemimpinan kristiani. Kepemimpinan Kristiani menawarkan paradigma yang luar biasa dan memberikan warna yang khas dalam kehidupan masyarakat sampai saat ini. Kepemimpinan Kristiani tak bisa dilepaskan dari gaya kepemimpinan Sang Guru Utama, yaitu Yesus Kristus.

Gaya dan ajaran kepemimpinan-Nya sangat tidak lumrah bagi zamannya. Di dalam kepemimpinan itu, terdapat unsur pelayanan, tanggung jawab, tanggapan, dan anugerah. Kepemimpinan Kristiani harus berpusat pada Kristus (Christ-centered), berorientasi pada pelayanan (service-oriented) bukan pada otoritas atau status, dan melayani sebanyak mungkin orang.

Salah satu tokoh yang menganalisa kepemimpinan kristiani adalah Pater Anthony D’Souza SJ. Anthony D’Souza menyimpulkan ada tiga gambaran kepemimpinan Yesus, yang disingkat dengan 3S, yaitu Servant (Pelayan), Steward (Pengurus/Pengelola), dan Shepherd (Gembala).

Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus mengungkapkan bagaimana kualitas pemimpin sebagai Gembala. Yesus menggambarkan Diri-Nya sebagai Gembala baik, bahkan Gembala yang rela menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan kawanan domba-Nya.

Ada tujuh karakteristik kualitas pemimpin sebagai gembala, yaitu: mengenal domba-dombanya, hadir dan siap sedia melayani, memimpin dari depan, menuntun dan membimbing, berani, peduli pada domba yang hilang atau tersesat, dan mempunyai semangat pengorbanan diri.

Pada Musyawarah Nasional XII Unio Indonesia di Keuskupan Agung Palembang (2-7 Mei 2017), kami perwakilan pengurus Unio para imam diosesan (praja) dari 37 Keuskupan di Indonesia, menggali tema “Imam Berbau Domba”. Kami merefleksikan bagaimana imam diosesan sehati sejiwa dengan umat membangun Gereja. Kami menggali dan merefleksikan Anjuran Apostolik “Evangelii Gaudium” (Sukacita Injil) yang dikeluarkan Paus Fransiskus.

Dokumen ini memberikan gambaran arah dasar penggembalaan Paus Fransiskus serta memberi pencerahan terhadap Gereja Katolik, termasuk kehidupan para imam. Para gembala diharapkan selalu membangun kesatuan dengan umat secara utuh, lahir dan batin. “… para pewarta Injil (imam) memiliki semangat “bau domba” dan domba pun mau mendengarkan suara mereka” (EG. 24).

Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita perlunya relasi yang baik antara gembala dan domba: saling mengenal, melayani, mau berkorban, dan meneguhkan dalam peziarahan ini. Saya secara pribadi bersyukur bahwa umat merasa dekat dan akrab dengan para imam diosesan. Imam diosesan sebagai tulang punggung sebuah Keuskupan memang berakar, bertumbuh, berkembang dan berbuah bersama umat. Imam diosesan lahir dari umat, hidup di dalam umat, dan berkarya untuk umat.

Tuhan Yesus bersabda, “Aku mengenal domba-dombaKu…”. Kita bisa nyicil ayem karena Dia mengenal kita, Dia tahu benar masalah dan pergumulan kita, keberadaan kita selalu di bawah penyertaanNya. Jadi, Ia tahu ke mana Ia membimbing kita, Ia tahu padang rumput yang hijau, Ia tahu tempat di mana kita dapat beristirahat dan kapan kita merasa letih dan haus.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana relasi Anda dengan Yesus Sang Gembala Baik akhir-akhir ini? Bagaimana relasi Anda dengan rama paroki Anda selama ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts