Memaknai Malam Gelap Hidup

Percik Firman: Memaknai Malam Gelap Hidup
Selasa, 14 Desember 2021
PW St. Yohanes dari Salib
Bacaan Injil: Mat 21:28-32

Saudari/a ku ytk.,
Apakah Anda pernah punya pengalaman ditolak? Cintamu ditolak cewek pujaanmu? Artikel tulisanmu ditolak oleh redaksi media massa? Bahan bimbingan skripsimu ditolak dosen pembimbingmu? Permintaanmu ditolak orangtuamu? Ide dan usulanmu ditolak pimpinanmu? Lalu bagaimana perasaanmu saat ditolak itu? Apa yang terus kamu lakukan?

Bacaan Injil hari ini mengungkapkan kritik Yesus kepada para imam kepala dan pemuka Yahudi. Mengapa? Karena mereka tidak percaya pada pewartaan dan kehadiran Yohanes Pembaptis yang menunjukkan jalan kebenaran. Mereka meragukan Yohanes.

Yohanes Pembaptis sebagai sang pembaru ditolak. Meskipun demikian, Yohanes tetap maju terus dan tidak takut. Hal yang sama juga dialami oleh Santo Yohanes dari Salib (1542-1591) yang kita peringat hari ini.

Dia menjadi contoh pribadi yang berani mengambil resiko. Ia tidak takut ditolak. Ia berani mengambil pilihan sikap dan siap dengan segala resikonya.

Dia adalah seorang imam dan pujangga Gereja dari Spanyol. Yohanes dari Salib ditahbiskan menjadi imam pada usia 25 tahun. Banyak tulisan spiritualitas dan refleksi rohaninya yg berbobot dan mendalam. Maka ia dikenal dengan tindakan pembaruan ordo Karmel dan pujangga Gereja.

Pada usia 21 tahun ia diterima sebagai anggota awam biara Karmelit. Di situ ia menata hidup rohaninya dengan tekun berdoa dan bermatiraga. Pemimpin biara Karmelit itu kagum dengan cara hidupnya yang saleh itu. Ia juga tahu bahwa Yohanes sangat pandai.

Ia bersahabat baik dengan Santa Theresia Avila yang tertarik pada cara hidup dan usahanya membarui Ordo Karmelit. Yohanes diangkat menjadi prior pertama dari susteran Karmelit itu dan mengambil nama resmi: Yohanes dari Salib.

Dia membuat aneka pembaruan dalam hidup membiara, terlebih dalam askese atau matiraga. Atas pilihan sikapnya ini, beberapa kawan biaranya tidak suka akan tindakannya. Ia dihukum dan dimasukkan dalam sel biara selama 9 bulan.

Yohanes menerima perlakuan yang semena-mena dari rekan-rekan se-ordo. Dia seperti mengalami “malam gelap”. Itulah resiko dari sikap pembaruan yang dibuatnya. Walaupun mengalami berbagai kesulitan dari rekan se-ordonya, namun ia tetap bergembira karena persatuannya yang erat dengan Tuhan.

Setelah dikandung selama 9 bulan di “rahim” sel tahanan biara, ia mengalami pengalaman akan salib penderitaan Yesus. Tetapi berkat pengalaman pahit di dalam sel itu, ia justru mendapat pengalaman rohani yang mengagumkan.

Dia mengalami banyak peristiwa mistik; mampu menggubah kidung-kidung rohani; ia sering mengalami ekstase; dan semakin memahami secara sungguh mendalam teologi dan ajaran-ajaran iman Kristen. Ia berhasil melewati malam gelap yang penuh berkat.

Pertanyaan refleksinya, apakah Anda pernah mengalami situasi “malam gelap” dalam hidupmu? Beranikah Anda menerima resiko dari pilihan Anda itu? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts