Mencintai Pendosa yang Bertobat

Percik Firman : Mencintai Pendosa yang Bertobat
Sabtu, 13 Januari 2024
Bacaan Injil: Mrk 2:13-17

“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”(Mrk 2:17)

Saudari/a ku ytk.,
Dalam tradisi dan budaya berbagai bangsa, makan bersama merupakan tradisi yang sangat penting. Makan bersama menjadi tanda dan sarana membangun persaudaraan, kebersamaan, dan kekeluargaan.

Makan bersama juga menjadi wujud syukur atas kasih karunia Tuhan. Misalnya syukur atas ulang tahun kelahiran, syukur atas kelulusan, syukur atas kesembuhan dari sakit, syukur atas hidup perkawinan, dsb.

Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus dan para murid diundang makan bersama oleh Lewi, si pemungut cukai, di rumahnya. Juga ada di sana banyak orang berdosa yang ikut makan bersama.

Peristiwa Tuhan Yesus makan di rumah seorang pemungut cukai bersama dengan banyak orang berdosa ini dapat dimaknai sebagai wujud konkret persaudaraan atau persahabatan Yesus dengan mereka. Tuhan Yesus tidak memandang hina dan menjauhi orang berdosa. Tuhan Yesus justru mendekati dan menjalin persaudaraan dengan mereka.

Tuhan memang membenci tindakan dosa, tetapi Tuhan mengasihi orang yang berdosa. Dia merangkul pribadi pendosa. Penerimaan kasih Yesus membuat para pendosa nyaman, tidak takut, dan akhirnya bertobat. Justru karena diperlakukan sebagai saudara itulah, mereka bertobat dan menjadi pengikut-Nya.

Terkait dengan dosa dan pertobatan, Santo Yohanes Krisostomus mewariskan ajaran dan kata-kata mutiara yang inspiratif bagi kita sampai saat ini. Santo Yohanes Krisostomus mengungkapkan:

“Merasa malulah kamu ketika berbuat dosa, bukan ketika kamu bertobat. Di sini ada dua hal yaitu dosa dan pertobatan. Dosa adalah luka, pertobatan adalah obat. Dosa diiringi dengan rasa malu; pertobatan diiringi dengan keberanian”.

Lebih lanjut diungkapkan, “Iblis telah menipumu tentang kenyataan ini dan justru memberimu keberanian untuk berbuat dosa serta rasa malu untuk bertobat. Apakah kamu berbuat dosa? Masuklah ke Gereja dan bertobatlah dari dosa-dosamu, karena di sini menyediakan Tabibnya, bukan untuk menghakimimu, di sini tidak ada proses investigasi, dan seseorang menerima pengampunan dosanya”.

Pertanyaan refleksinya, Seberapa sering Anda mengaku dosa dalam Sakramen Tobat? Adakah dosa yang belum pernah Anda sampaikan kepada imam karena malu?

Jangan takut dan jangan malu! Mengapa? Karena Yesus sendiri menegaskan, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”.

Marilah memohon rahmat keterbukaan dan kerendahanhati agar kita siap menerima uluran kasih Tuhan. Selamat menikmati akhir pekan. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts