Pengampunan Tak Terbatas

Percik Firman: Pengampunan Tak Terbatas
Kamis, 12 Agustus 2021
Bacaan Injil: Mat 18:21-19:1

Saudari/a ku ytk.,
Merenungkan bacaan Injil hari ini, saya teringat akan sharing salah seorang umat. Beliau memberi kesaksian untuk mengampuni suaminya. Mereka dulu menikah di Gereja katolik dengan dispensasi beda agama. Dalam perjalanan waktu, mereka dianugerahi anak. Sang suami selingkuh dan menikah lagi. Padahal biaya kuliah suami sampai S3 dibiayai dengan gaji isterinya.

“Tak terbayangkan pengorbanan saya sebagai istri yang dibalas pengkhianatan yang begitu keji dari suami. Ia minta cerai di pengadilan”, tutur ibu itu pada saya.

“Sampai suatu hari saya hanya bisa berpasrah, benar-benar pasrah sambil berdoa Rosario dan 77x Bapa kami. Pengalaman iman yang sungguh luar biasa itu terjadi. Saat saya sedang berdoa 77x Bapa kami, pada butir antara 20-30, tiba-tiba datanglah Yesus dalam posisi tangan seperti tangan seorang ibu yang ingin merengkuh atau mengajak anaknya untuk datang”.

Lalu saya tanya kepada ibu itu, “Apakah ibu sudah mengampuni suami yang sudah selingkuh dan nikah lagi itu?” Ia menjawab, “Saya sudah mengampuni, Rama. Saya sudah tidak sakit hati”. Ibu itu hebat. Dia menghayati sabda Tuhan Yesus hari ini.

Bacaan Injil hari ini mengungkapkan tentang ajakan Yesus untuk mengampuni orang yang bersalah dan yang sudah menyakiti. Mengampuni tidak hanya sampai tujuh kali, tetapi mengampuni sampai 70×7 kali. Artinya, pengampunan tak terbatas. Siapa yang mengampuni dosanya juga diampuni Tuhan.

Dikhianati itu memang menyakitkan. Mengampuni orang yang sudah menyakiti hati itu tidak mudah. Apalagi orang yang dicintai itu selingkuh. Sakitnya tuhhh di sini. Butuh proses dan waktu untuk berekonsiliasi dan berdamai.

Paus Fransiskus mengungkapkan, “Tidak ada pernikahan atau keluarga yang sehat tanpa olah pengampunan. Pengampunan adalah penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual. Tanpa pengampunan keluarga menjadi sebuah teater konflik dan benteng keluhan.”

Lebih lanjut diungkapkan, “Tanpa pengampunan keluarga menjadi sakit. Mempertahankan luka hati adalah tindakan merusak diri sendiri. Itulah sebabnya keluarga harus menjadi tempat kehidupan dan bukan tempat kematian. Pengampunan membawa sukacita…Pengampunan membawa penyembuhan”.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana perasaanmu saat disakiti dan dikhianati? Sudahkah Anda menghayati sabda Yesus untuk mengampuni dengan tak terbatas? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts