Kesetiaan Merawat
Percik Firman: Kesetiaan Merawat
Jumat, 13 Agustus 2021
Bacaan Injil: Mat 19: 3-12
Saudari/a ku ytk.,
Merenungkan sabda Tuhan hari ini, saya ingat beberapa pasutri katolik yang sudah menikah sekian tahun, belum diberi anak oleh Tuhan. Mereka tetap rukun, kompak, dan setia. Anak memang anugerah Tuhan. Anak tidak menjadi alasan untuk berkonflik, apalagi bercerai.
Mereka sadar betul bahwa tujuan orang menikah dalam perkawinan Katolik bukan sekedar keturunan, tetapi saling membahagiakan. Anak adalah buah kasih dan anugerah Tuhan.
Ajaran Gereja tentang kesucian perkawinan tersebut bersumber dari sabda Tuhan Yesus dalam injil hari ini: “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Hidup berkeluarga adalah panggilan yang mulia.
Gereja menyadari martabat luhur perkawinan. Maka perkawinan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh melalui kursus persiapan perkawinan, adanya surat baptis terbaru, penyelidikan kanonik dengan pastor, dan diumumkan 3x di gereja.
Banyak orang bilang bahwa menikah itu gampang, tetapi merawat perkawinan itu yang tidak gampang. Butuh komitmen dan kesetiaan dari hari ke hari. Juga butuh kerendahanhati untuk siap mengampuni pasangan yang bersalah setiap saat. Hidup perkawinan harus dirawat setiap hari.
Terkait dengan hal ini, Bapa Suci Paus Fransiskus dalam perayaan Ekaristi bersama keluarga karyawan Vatikan mengungkapkan: “Rawatlah pernikahanmu dan anak-anakmu. Rawatlah dan jangan terlantarkan mereka: bermainlah bersama anak-anakmu. Perkawinan itu bagaikan sebuah tanaman.”
Lebih lanjut diungkapkan, “Perkawinan itu bukan seperti kloset yang ditaruh di dalam kamar mandi dan bisa dibersihkan sewaktu-waktu. Tanaman itu hidup, perlu rawat dan diperhatikan setiap hari. Orang tahu bagaimana caranya merawat tanaman dan menyiraminya dengan air setiap hari, dan seterusnya.”
Paus Fransiskus mengingatkan, “Perkawinan adalah sebuah realitas yang hidup; pasangan tidak bisa dibiarkan begitu saja di dalam setiap tahap kehidupan keluarga. Kita perlu menyadari bahwa anugerah paling berharga bagi anak-anak bukanlah barang-barang, melainkan kasih dari orangtuanya.”
“Saya tidak hanya memaksudkan cinta orangtua kepada anak, melainkan juga cinta di antara orangtua itu sendiri, yakni antara suami dan isteri. Cinta itu akan sangat berpengaruh besar bagi kalian dan bagi anak-anakmu. Jangan terlantarkan keluargamu!”, pesannnya.
Kesetiaan dalam merawat hidup perkawinan dan juga hidup panggilan hidup imamat membutuhkan komitmen kita dan campur tangan rahmat Tuhan. Seperti dalam bacaan Injil hari ini, ada orang yang memilih tidak menikah demi Kerajaan Allah. Meski ada kerapuhan manusiawi, hidup para imam dan biarawan/wati dipersembahkan kepada Allah dan Gereja-Nya.
Kerapuhan manusiawi perlu disadari dan diakui. Sekaligus perlu dipersembahkan kepada Tuhan. Diri kita ini seperti bejana tanah liat yang mudah rapuh dan pecah. Perlu ada kerja sama dari usaha kita manusia dan rahmat Tuhan.
Pertanyaan refleksinya, apakah hari-hari ini Anda sedang menghadapi masalah dalam merawat hidup perkawinanmu? Apakah hari-hari ini Anda sedang bergulat dengan hidup panggilanmu? Apa tantangan terberat yang sedang Anda hadapi dalam merawat keluargamu dan panggilanmu di masa pandemi Covid-19 saat ini?
Hidup adalah anugerah ilahi. Mari kita syukuri. Terimakasih atas doa, sapaan, dan atensi Anda semua untuk saya di hari ulang tahun hari ini. Doa Anda menjadi kekuatan saya yang rapuh ini. Mohon doa restunya selalu. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr