Pentingnya Doa Dalam Hidup Kita

Minggu Prapaskah II, 5 Maret 2023
Bacaan Injil: Mat 17:1-9

Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.” (Mat 17:4)

Saudari/a ku ytk.,
Apakah Anda pernah membuat bahagia orang lain dengan doa-doa Anda selama ini? Jika sudah, puji Tuhan. Doa itu memberikan daya yang luar biasa dalam hidup kita dan bagi mereka yang kita doakan.

Dalam bacaan Injil hari Minggu Prapaskah II ini dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus naik ke Gunung Tabor bersama dengan tiga murid inti, yakni Petrus, Yohanes dan Yakobus.

Untuk apa Yesus naik gunung yang tinggi? Yesus naik gunung untuk berdoa. Dalam Kitab Suci, gunung menjadi symbol tempat perjumpaan manusia dengan Allah. Di tengah-tengah karya pelayanan-Nya, Yesus mengkhususkan waktu untuk menyepi, masuk dalam keheningan, dan berdoa kepada Allah Bapa-Nya.

Doa Yesus membuat para murid bahagia. Setelah Yesus berdoa, Petrus dan teman-temannya merasakan kebahagiaan, sehingga berkata, “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.” Artinya, doa itu membuahkan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup kita dan sesama.

Teladan Yesus ini semakin menegaskan kepada kita mengenai pentingnya doa dalam kehidupan kita. Di tengah kesibukan, pekerjaan, dan kegiatan-kegiatan kita sehari-hari, yang seringkali menyita banyak waktu dan tenaga, kita harus berani mengkhususkan waktu untuk masuk dalam keheningan dan berdoa.

Doa yang kita lakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh, akan menghasilkan buah dalam kehidupan kita sebagaimana dialami Yesus. Wajah Yesus berubah dan bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.

Doa ternyata dapat memancarkan aura kasih. Dalam aura kasih itu, ada kemuliaan dan kesucian. Maka, kita seringkali menjumpai bahwa orang-orang yang tekun berdoa itu memancarkan kesucian hidup.

Doa juga menjernihkan arah dan tujuan misi Yesus ke Yerusalem. Dalam doa-Nya, Yesus berjumpa dengan Musa dan Elia. Mereka adalah dua tokoh besar dalam Perjanjian Lama terkait dengan karya keselamatan Allah. Musa simbol sang tokoh pembebas dan Elia simbol para nabi utusan Allah dalam menyampaikan sabda Allah.

Kalau kita menghayati hidup doa kita, kehadiran kita di mana pun akan membawa kebahagiaan bagi sesama. Wajah kita menampakkan keteduhan. Senyuman kita membawa kegembiraan. Kata-kata kita menghibur dan mencerahkan. Tindakan kita membawa berkat. Orang lain merasa nyaman berada di dekat kita.

Ibu Teresa dari Kalkuta-India pernah mengungkapkan, “Buah keheningan adalah doa. Buah dari doa adalah iman. Buah dari iman adalah kasih. Buah dari kasih adalah pelayanan.

Doa itu ibarat payung. Payung memang tidak bisa langsung menghentikan hujan, tetapi bisa kita pakai untuk berjalan di tengah hujan. Demikian juga doa kita. Doa kita tidak bisa langsung menghentikan masalah kita, tetapi bisa memberi kita kekuatan untuk menghadapi masalah yang ada.

Ada tiga cara Tuhan mengabulkan doa kita, yaitu: dengan diberikan persis apa yang kita mohon, dengan diganti yang lebih baik, dan ditunda menunggu waktu yang tepat.

Pertanyaan refleksinya, adakah tempat favorit Anda untuk berdoa selama ini? Bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini?

Semoga kita makin bertekun dalam doa di masa Prapaskah, masa retret agung ini. Selamat hari Minggu. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang) # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts