Sabda Celaka

Percik Firman: Sabda Celaka
Rabu, 14 Oktober 2020
Bacaan Injil : Luk 11:42-46

“Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah” (Luk 11:42)

Sdri/a ku ytk.,
Gus Dur dikenal sebagai salah satu pribadi yang punya prinsip. Dia berani mengkritik siapa pun jika apa yang mereka lakukan tidak baik. Dia berani mengkritik para wakil rakyat yang duduk di gedung DPR. Karena mereka tidak memikirkan kepentingan rakyat, tetapi malah mementingkan kepentingan kelompok atau dirinya sendiri.

Pada saat menjadi presiden, Gus Dur pernah menyebut DPR seperti Taman Kanak-kanak. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, beberapa tahun kemudian, dia menilai DPR telah melorot menjadi kelompok bermain atau Play Group.

“DPR sekarang, biarkan saja seperti ini. Termasuk adanya komisi tandingan dari Koalisi Kerakyatan. Karena DPR bukan Taman Kanak-kanak lagi, tetapi sudah melorot menjadi Play Group,” kata Gus Dur. Gus Dur, usai acara buka bersama wartawan di Hotel Acacia, Jl. Kramat Raya, Jakarta, Minggu (31/10/2004).

Sikap kritis seperti ini juga bisa kita temukan dalam bacaan Injil hari ini. Tuhan Yesus mengkritik sikap dan hidup orang Farisi dan Ahli Taurat. Bahkan Tuhan Yesus menyampaikan sabda celaka kepada mereka.

Mengapa biasa demikian? “Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah”, tegas Tuhan Yesus.

Kita tahu bahwa selasih, inggu, adas manis, jintan, dsb adalah tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai bumbu. Ini hanya merupakan hasil sampingan dari ladang, sehingga hasilnya hanya sedikit. bahkan harganyapun murah.

Terkait dengan persepuluhan, misalnya dalam kitab Ulangan dikatakan bahwa orang Israel harus memberikan perpuluhan dari gandum, anggur, minyak dan ternak (Ul 14:23). Gandum, anggur, dan minyak merupakan hasil utama dari ladang. Maka, sangat wajar.

Tetapi dalam Ul 14:22 dikatakan “seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu”, dan dalam Im 27:30 dikatakan “segala persembahan persepuluhan dari tanah”. Ahli Taurat dan orang Farisi menafsirkan bahwa hasil dari tanaman seperti selasih, adas manis, jintan, inggu dsb, sekalipun hasilnya sangat sedikit, juga harus diberikan persepuluhan.

Hal ini menunjukkan ketaatan Ahli Taurat dan orang Farisi dalam hal-hal yang sangat kecil. Tetapi sayangnya mereka melupakan yang pokok, yakni keadilan dan kasih Allah. Akibatnya, orang-orang kecil terbebani dan semakin menderita sengsara.

Mereka dikritik dan dikecam oleh Yesus karena menekankan hal-hal yang kecil, tetapi mengabaikan hal-hal yang besar. Mereka fanatik hanya dalam bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci. Mereka melupakan roh dan semangat kasih dalam menghayati aturan hidup beragama.

Pertanyaan refleksinya, beranikah Anda mengkritik kepada teman atau lembaga yang sudah melenceng? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.

#Y. Gunawan, Pr.

Similar Posts