Iman Sejati atau Iman Kosmetik?

Percik Firman: Iman Sejati atau Iman Kosmetik?
Selasa, 13 Oktober 2020
Bacaan Injil : Luk 11: 37-41

“Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan” (Luk 11:39)

Sdri/a ku ytk.,
Pada zaman modern ini banyak orang sudah akrab dengan kosmetik. Bahkan anak kecil pun sudah memakai kosmetik. Misalnya, saat mau tampil tablo natal, menari, atau karnaval. Apa sih kosmetik itu sebenarnya?

Kata “kosmetik” berasal dari bahasa Yunani “kosmetikē tekhnē”, yang berarti teknik berpakaian dan berhias. Hal ini muncul dari kata κοσμητικός (kosmētikos), berarti terampil dalam menyusun atau mengatur dan juga dari kata κόσμος (kosmos), yang berarti susunan dan hiasan yang teratur.

Menurut sejumlah sumber, perkembangan awal kosmetik bisa diketahui sejak bangsa Mesir kuno menggunakan minyak jarak sebagai pengganti balsem, atau penggunaan krim kulit yang terbuat dari lilin lebah, minyak zaitun dan air mawar pada zaman Romawi.

Apakah kosmetik itu baik? Ya, baik jika digunakan secara pas dan benar. Menjadi tidak baik jika terlalu berlebihan. Mengapa? Karena itu bukan yg terpenting, lebih sisi permukaan atau luar saja.

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengkritik sikap orang Farisi yang munafik, cuma mementingkan penampilan luar. Mereka menampilkan diri sebagai orang yang sopan, religius, dan agamis. Tetapi jiwa dan perilaku sehari-hari sangat berbeda.

Hati mereka tidak peduli. Mereka tampak bagus dari penampilan luar, tetapi bagian dalam diwarnai kebusukan.

“Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan”, tegas Tuhan Yesus.

Unsur-unsur lahiriah dari praktek keagamaan kadang menjadi beban bagi umat, sehingga mereka menjadi tidak fokus pada jiwa agama yang benar. Yesus mengajarkan bahwa praktek keagamaan dalam dirinya bukanlah tujuan, karena praktek tersebut harus dikaitkan dengan cintakasih kepada Allah dan sesama. Allah menghendaki belas kasihan dalam tindakan konkrit.

Tidak jarang kata-kata dan perilaku Yesus menyebabkan perdebatan dengan orang Farisi yang ‘saleh’, antara lain karena Dia tidak mengikuti semua praktek keagamaan tradisional yang berlaku pada zaman itu.

Misalnya, dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus tidak melaksanakan upacara cuci tangan sebelum makan. Dengan mengabaikan praktek-praktek sedemikian, Yesus mencoba mengajar apa yang sebenarnya bersifat pokok dalam penghayatan iman-kepercayaan. Kita diajak untuk menghayati iman yang sejati, bukan iman yang kosmetik.

Yesus memiliki keprihatinan besar terhadap orang-orang miskin, para pendosa, orang-orang yang terbuang, para janda, orang-orang asing, dsb. Pemberian derma atau sedekah merupakan bagian penting dari hidup beriman Kristiani yang sejati.

Sekaligus menjadi suatu pencerminan keadaan hati yang benar dari seorang murid Kristus. Ditegaskan Yesus dalam Injil, “Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”

Pertanyaan refleksinya, bagaimana kepedulian Anda terhadap orang kecil dan berkekurangan? Apa yang perlu Anda upayakan agar mempunyai iman yang sejati? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.

#Y. Gunawan, Pr.

Similar Posts