Bijak dalam Hadapi Dilema
Percik Firman: Bijak dalam Hadapi Dilema
Minggu Biasa ke-29, 18 Oktober 2020
Hari Minggu Misi ke-94
Bacaan Injil : Mat 22:15-21
”Orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan” (Mat 22:15)
Saudari/a ku ytk.,
Kalau orang mau jujur dan mendengarkan suara hatinya, pasti akan kagum akan kepemimpinan Presiden RI saat ini, Bapak Joko Widodo. Mengapa? Ia sungguh memikirkan kesejahteraan rakyatnya dan masa depan bangsa Indonesia dengan aneka kebijakan pembangunan yang diambil.
Misalnya: pembangunan infrastruktur jalan, waduk, tol laut, dan daerah perbatasan; kebijakan ekonomi; jaminan sosial dan kesehatan; serta berkomitmen pada NKRI dan Pancasila sebagai dasar negara. Selain itu kebijakan standarisasi harga bahan bakar minyak (bbm) yang sama di seluruh pelosok tanah air menunjukkan passion (perhatiannya) pada nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Apakah ada orang yang tidak senang dengan presiden kita dengan aneka kebijakan yang memihak kepada kepentingan rakyat dan bangsa saat ini dan ke depan? Tentu saja ada.
Anda mungkin lebih tahu daripada saya. Ada kelompok orang yang bekerja sama dalam ‘kejahatan’ berupaya menggulingkan presiden yang sah, menyebarkan isu dan fitnah yang tak berdasar fakta, mencari-cari kesalahan presiden, dsb.
Apa yang terjadi saat ini pernah terjadi pada zaman Yesus. Dalam injil hari ini, dikisahkan ada sekelompok orang yang tidak senang dengan Yesus. Mereka bersekongkol dan berusaha mencari-cari kesalahan Yesus, lalu menjebak Yesus, supaya mereka bisa menyalahkan dan akhirnya menyingkirkan Yesus.
Padahal Yesus telah berbuat banyak untuk kebaikan rakyat Yahudi, dengan karya kesehatan (menyembuhkan orang-orang sakit), karya pendidikan (mengajar tentang bersikap adil, bijaksana, taat beragama, peduli pada sesama, kerajaan Allah, pengampunan, dsb), karya sosial-ekonomi (memberi makan pada banyak orang), dsb.
Orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu kasus pertanyaan terkait dengan kewajiban membayar pajak. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada kami pendapat-Mu: apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
Pertanyaan ini kelihatanya bagus dan sederhana, tetapi di balik pertanyaan itu mereka bermaksud menjebak Yesus supaya dapat dijadikan alasan sebagai hasutan melawan pemerintah romawi.
Mengapa? Sebab mereka sengaja mengajak orang-orang Herodian dari pihak penguasa saat itu ( = pengikut dinasti Herodes ). Jika Yesus menjawab “orang perlu membayar pajak”, maka orang banyak bisa memusuhi Yesus karena Yesus pro penjajah. Jika menjawab “orang tidak perlu membayar pajak”, maka Yesus akan dipandang sebagai pengkhianat kaisar dan penghasut rakyat. Dilema…
Orang-orang Farisi iri hati dan takut tersaingi oleh popularitas Yesus yang melambung tinggi. Masyarakat saat itu menyaksikan betapa hebat dan ajaib kiprah Yesus menyembuhkan banyak orang sakit, melepaskan orang kerasukan roh jahat, memberi makan 5.000 orang, membangkitkan orang mati, pengajarannya dan tindakannya menyentuh hati orang-orang kecil. Sedangkan eksistensi dan pengaruh orang-orang Farisi sebagai tokoh publik mulai merosot.
Memang harus hati-hati, sabar dan bijaksana dalam menghadapi orang-orang yang sudah tidak suka, orang-orang yang iri hati. Apa saja yang diperbuat selalu salah di mata mereka dan ada-ada saja alasan untuk menyalahkan. Jenis orang seperti ini masih bisa dijumpai di sekitar kita saat ini.
Ketika kita sukses, kita disanjung-dipuji banyak orang karena prestasi dan keberhasilan, kita dipercaya menduduki jabatan, tetap ada orang-orang di sekitar yang tidak suka. Apakah Anda mengalaminya? Apa yang Anda lakukan ?
Selamat merayakan Minggu Misi ke-94 dengan tema : “Ini Aku, Utuslah Aku”. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.
#Y. Gunawan, Pr.