Gerakan Empati dan Belas kasihan

Percik Firman : Gerakan Empati dan Belas kasihan
Minggu Biasa XVI, 18 Juli 2021
Bacaan Injil: Mrk. 6:30-34

”… tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala” (Mrk. 6:34)

Sdri/a ku ytk.,
Bacaan Injil hari ini mengingatkan pengalaman saya saat masih bertugas di paroki. Acara hari itu cukup padat dan fisik terasa lelah. Butuh istirahat. Tetapi ketika ada permintaan umat, saya tidak bisa menolak.

Pernah suatu hari Sabtu saya misa sampai tiga kali karena kebutuhan pelayanan pastoral umat dan kondisi keterbatasan tenaga imam. Pertama, misa Sabtu sore di gereja paroki jam 17.30. Kedua, misa ujub di lingkungan yang sudah terjadwal jam 19.30.

Dan ketiga, misa requiem jam 22.00. Mengapa misa requiem malam hari? Karena salah satu alasannya, minggunya umat lingkungan itu sudah merencanakan ziarah jauh-jauh hari. Jika misa requiemnya minggu siang, umat yang ikut misa sedikit. Dan saya pun mengiyakan dan menyanggupi permintaan keluarga dan pengurus lingkungan itu.

Memang fisik terasa capai. Inginnya segera istirahat, mengingat seharian juga pas penuh kegiatan. Tetapi hati saya tergerak oleh belas kasihan untuk tetap melayani, apalagi ini misa requiem. Penting kehadiran imam memberikan berkat dan peneguhan iman bagi keluarga. Hati saya bersukacita bisa melayani umat.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan keinginan Tuhan Yesus yang hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi apa yang terjadi? Ketika sampai di seberang, Dia melihat orang banyak yang berkumpul menunggu kehadiran dan “pelayanan”-Nya. Niat mau istirahat diurungkan. Dia tidak mementingkan diriNya sendiri.

Dikisahkan, “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala”. Dinyatakan “hati-Nya tergerak oleh belas kasihan” dan inilah yang mendorong Tuhan Yesus melakukan pelayanan dengan gembira.

Tuhan Yesus memberi contoh konkret. Berbelas kasihan (compasion) tidak cukup dibibir saja, tapi harus ada tindakan nyata. Hampir setiap hari di masa pandemic Covid-19 saat ini, kita sering membaca di group WhatsApp berita tentang jumlah penderita covid meningkat, baik anggota keluarga kita, sahabat kita, romo yang kita kenal, suster yang kita kenal, maupun orangtua dari murid kita.

Kita menerima informasi: Si A positif terpapar Covid, Si B harus isolasi mandiri, Si C butuh donor plasma darah, Si D tidak tertolong karena kekurangan oksigen, Si E yang menjadi perawat dinyatakan positif Covid padahal anaknya masih kecil, Romo P kena covid, dsb.

Dalam situasi seperti ini, Tuhan Yesus menantang kita hari ini: kita mau peduli – berbelaskasih atau kita mau cuek bebek? Yesus mengajak kita untuk peduli, berempati dan berbelaskasih. Untuk peduli tidak harus menunggu sudah berkelimpahan. Dari sedikit yang kita miliki, Yesus akan memberkati dan melipatgandakannya sesuai kebutuhan. Bahkan kita akan dibuat terkejut dengan kelimpahan berkat yang terjadi.

Ada gerakan empati dan belas kasih yang luar biasa di tengah-tengah masyarakat kita. Gerakan belaskasih dan empati ini mengalir deras. Ada yang mengadakan zoom meeting untuk berdoa bersama dan memberikan sapaan – peneguhan lewat psikolog-dokter-pastur-Bapak Uskup. Ada yang mengirimkan vitamin, obat herbal, dan masker.

Ada juga yang mendonorkan plasma darahnya. Ada yang siap membagikan kontak person rumah sakit atau pendonor plasma darah. Ada yang mengirimkan sayuran dan lauk pauk ke rumah yang isolasi mandiri. Ada yang menghimpun donasi untuk membantu pengobatan. Ada yang menyediakan diri menjadi tim sukarelawan atau tim pengubur jenasah.

Semoga Anda yang sedang sakit dan isolasi diberi kekuatan, semangat, dan daya tahan tubuh yang kuat, dan cepat sembuh. Anda yang sedang merawat dan menjadi sukarelawan diberi perlindungan dan kesehatan yang prima. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts