Hidup seperti Kuburan

Percik Firman : Hidup seperti Kuburan
Rabu, 26 Agustus 2020
Bacaan Injil: Mat 23:27-32

“…kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Mat 23:27)

Saudari/a ku ytk.,
Bagaimana gambaran Anda tentang kuburan atau makam? Pada zaman saya kecil, kuburan di desa itu banyak ditumbuhi rumput yang tinggi dan liar. Ada kesan kurang terawat. Rumput biasanya dipotong saat bulan ruwah (menjelang bulan puasa ramadhan). Akibatnya, menimbulkan rasa takut.

Berbeda dengan kuburan di kota, yang biasanya dirawat rutin oleh petugas. Kuburan yang terawat dengan baik pada umumnya nampak bersih, indah dan menarik, dan tidak ada kesan menakutkan. Meskipun demikian, di dalamnya berisi mayat atau jenasah yang sudah membusuk atau bahkan sudah menjadi tanah.
Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus kembali mengecam sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dengan sangat keras.

Ditegaskan, “Kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Kuburan yang dilabur putih berarti kuburan yang dicat dengan kapur putih.

Saat ingat, saat berziarah ke Yerusalem, saya melihat banyak kuburan orang Yahudi di pinggir jalan yang berwarna putih. Pada saat siang dan malam, tetap jelas terlihat bahwa itu kuburan.

Mengapa orang Yahudi melabur kuburan mereka? Bagi orang Yahudi, menyentuh kuburan, bahkan secara tidak sengaja, akan membuat mereka najis. Dan setahun sekali biasanya mereka mengecat putih kuburan-kuburan pada masa menjelang perayaan Paskah.

Menjelang Paskah, semua orang ingin ikut merayakannya. Namun jika mereka menyentuh kuburan, hal itu akan membuat mereka terhalang dalam mengikuti perayaan Paskah. Untuk menghindari kenajisan itu, mereka melabur putih kuburan-kuburan. Kuburan-kuburan itu ditandai secara mencolok supaya orang tidak menginjak atau menyentuhnya. Bahkan di dalam gelap sekalipun mereka tidak akan menginjaknya karena cat putih itu tetap terlihat di kegelapan.

Di mata Tuhan Yesus para ahli Taurat dan kaum Farisi seperti kuburan. Mereka hanya peduli pada hal-hal yang lahiriah saja. Perilaku mereka tidak mencerminkan hal yang batiniah. Kenyataan yang tampak dan yang di hati tidak selaras. Hidup mereka benar-benar keropos karena perilaku penuh dusta, arogansi (sombong), egois, serakah, penuh hawa nafsu dan kebencian. Mereka tak peduli pada sesama, terutama para janda, kaum kecil, lemah, miskin, dan tersingkir.

Mungkinkah kita juga seperti para ahli Taurat atau orang Farisi, yang nampak bersih, rapi dan indah di bagian luar, tetapi bagian dalam, hati dan jiwa serta pikiran kita busuk? Seandainya demikian, marilah kita menyadarinya, segera bertobat dan memperbaiki diri.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana kesan Anda terhadap kuburan selama ini? Apa yang perlu Anda usahakan agar dapat hidup baik secara lahiriah dan batiniah? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts