Pendosa Menjadi Santo
Percik Firman : Pendosa Menjadi Santo
Sabtu, 28 Agustus 2021
PW Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
Bacaan Injil: Mat 25:14-30
Saudari/a ku ytk.,
Setiap orang akan senang jika mempunyai karyawan yang baik dan jujur. Mereka akan dipuji oleh tuannya dan mendapat hadiah atau kepercayaan yang lebih. Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan talenta yang dipercayakan kepada tiga hamba. Dua hamba bisa dipercaya dan diandalkan. Sedangkan hamba yang ketiga berprasangka buruk akan tuannya dan tidak bisa diandalkan.
Sang tuan memuji hamba yang baik dan setia. Karena setia pada perkara kecil, mereka dianggap sanggup pula diserahi tanggungjawab lebih besar. Mereka pun diundang untuk ikut kebahagiaan tuannya. Kata ‘setia’ dalam teks ini menerjemahkan kata Yunani “pistos”, artinya bisa dipercaya atau bisa diandalkan.
Talenta dalam perumpamaan ini lebih dari sekedar bakat. Menurut konteks Injil, talenta adalah segala anugerah dan fasilitas yang diberikan oleh Tuhan untuk mengembangkan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, talenta dapat berupa bakat, kesempatan, fasilitas, bisa berupa anugerah rohani maupun jasmani. Tinggal bagaimana kita mau dan mampu mengembangkannya.
Manusia diberi kebebasan penuh oleh Tuhan untuk mengembangkan talenta itu sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Hamba yang ketiga sebenarnya bisa mengembangkan talenta tersebut, tetapi dia tidak mau. Hambatannya ada pada prasangka buruk bahwa tuannya seorang yang kejam, yang mau cari enak dan untungnya sendiri.
Dalam kebebasannya Santo Agustinus (354-430) yang kita peringati hari ini akhirnya memilih bertobat dan mengembangkan talenta yang dimilikinya untuk Kerajaan Allah. Anda tentu sudah tahu bagaimana pergulatan dan pertobatan Agustinus, dari anak yang ‘nakal’ dan hidupnya tidak bermoral baik berubah menjadi orang kudus (uskup dan pujangga Gereja).
Pertobatannya itu berkat ketekunan doa dari sang ibunya (Santa Monika), inspirasi dari Bapa Uskup Santo Ambrosius, dan keterbukaan hatinya disentuh oleh Tuhan.
Sejak awal ibunya tak bosan-bosannya menyarankan kepada Agustinus untuk membaca Kitab Suci, dimana dapat ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran. Tetapi, Agustinus meremehkan nasehat ibunya. Kitab Suci dianggapnya terlalu sederhana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikitpun.
Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan. Dia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup Santo Antonius Pertapa. Lalu Agustinus merasa malu.
Pada suatu hari Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat ini: “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya ”(Roma 13:13-14).
Sejak saat itu, Agustinus memulai hidup baru dengan penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Dari kisah hidupnya, kita bisa belajar bahwa seorang santo itu mempunyai masa lalu, dan seorang pendosa mempunyai masa depan.
Pertanyaan refleksinya, apakah Anda telah mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan dengan baik dan benar? Apakah Anda bersedia membuka hati untuk disentuh dan dituntun Tuhan untuk menjadi pribadi yang semakin baik dan menjadi berkat bagi sesama seperti Santo Agustinus?
Proficiat dan selamat berpesta bagi Anda, lingkungan, sekolah, dan paroki Anda yang berada dalam naungan Santo Agustinus. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr