Setia dan Bijaksana

Percik Firman : Setia dan Bijaksana
Kamis, 27 Agustus 2020
PW Santa Monika
Bacaan Injil: Mat 24:42-51

“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?” (Mat 24:45)

Saudari/a ku ytk.,
Tentu saja orang akan senang jika mempunyai karyawan yang baik dan jujur. Mereka akan dipuji oleh tuannya, bahkan diberi hadiah. Dalam bacaan Injil pada peringatan wajib Santa Monika (ibunda Santo Agustinus) hari ini Tuhan Yesus memuji hamba yang baik. Karena ia dapat dipercaya dan diandalkan tuannya.

Hal itu tampak dalam perumpamaan tentang hamba yang baik dan hamba yang jahat. Hamba yang baik adalah hamba yang setia dan bijaksana. Tuhan Yesus menegaskan, “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?”

Kesetiaan ditujukan kepada Allah, sedangkan bijaksana terutama ditujukan kepada sikap terhadap sesama. Orang yang setia biasanya hidupnya jujur dan dapat diandalkan. Meski tidak ada tuannya, ia tetap melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya. Orang yang bijaksana biasanya tidak emosional, tidak mudah menghakimi orang lain, dan tidak mencari kesalahan orang lain.

Perumpamaan itu disampaikan Tuhan Yesus untuk menjelaskan tentang kedatangan Tuhan. Pada kenyataannya tak seorang pun mengetahui kapan Tuhan datang. Tuhan memberi kita kemerdekaan menjalani hidup ini. Kita perlu berjaga-jaga dan siap sedia.

Santa Monika (332-387) yang kita peringati hari ini termasuk salah satu pribadi yang setia dan bijaksana. Dia lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang mudah marah. Mereka punya anak yang bernama Agustinus.

Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena perilaku suami dan anaknya. Patrisius mencemoohkan dan menertawakan usaha keras isterinya mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda yang luhur budinya. Namun semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan.

Selama sekitar 32 tahun ia setia berdoa untuk pertobatan suaminya dan anaknya. Doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis suaminya.

Suatu hari Monika berkata kepada Agustinus: “Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku. Hal itu sekarang telah dikabulkan Allah, bahkan lebih dari itu, Allah telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu sama sekali kepadaNya dalam pengabdian yang tulus kepadaNya. Sekarang apa lagi yang aku harapkan?”

Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit dan meninggal dunia di Ostia, Roma. Santa Monika memberi kita teladan untuk setia berdoa dengan tak kunjung putus. Tuhan akan mengabulkan doa kita umatNya pada saat yang tepat.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini? Apakah Anda termasuk pribadi yang dapat diandalkan oleh pimpinan dan rekan kerja? Selamat berpesta pelindung bagi paguyuban dan Anda yang bernama baptis Monika. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts