Mengatasi “Gegana”

Percik Firman : Mengatasi “Gegana”
Senin, 7 September 2020
Bacaan Injil: Luk 6:6-11

“Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”(Luk 6:9)

Saudari/a ku ytk.,
Dalam hidup sehari-hari kita sering dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak mudah. Pilihan itu bisa membuat orang menjadi dilema dan bingung. Bahkan bisa membuat orang menjadi “gegana” (gelisah, galau dan merana). Lantas, nilai apa yang mau diikuti dan dijadikan dasar tindakan? Keputusan apa yang perlu diambil?

Tak jarang juga muncul pertanyaan di antara kita: boleh atau tidak saya melakukan ini? Pada masa pandemi Covid-19 ini sebaiknya pembelajaran tetap online atau tatap muka? Saya mencintai pacar saya, tetapi orangtua tidak setuju, sebaiknya hubungan dilanjutkan atau tidak? Dan sederet pertanyaan yang membutuhkan kebijaksanaan dan keberanian untuk memutuskannya atau menjawabnya.

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang belas kasih Tuhan Yesus pada hari Sabat kepada orang yang mati tangan kanannya. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat hari Sabat adalah istirahat total dan bekerja pada hari Sabat adalah hal yang tabu. Hukum melarang orang untuk bekerja pada hari sabat.

Menyembuhkan termasuk kategori bekerja dan tabu (dilarang hukum Taurat). Padahal di rumah ibadat itu ada orang yang mati tangan kanannya sudah lama. Lantas apa yang dilakukan Tuhan Yesus? Apakah Tuhan Yesus mengalami “gegana”? Tidak. Apakah Dia mengalami “andilau” (antara dilema dan galau)? Tidak.

Tuhan Yesus tergerak hati-Nya, apalagi Ia melihat orang yang menderita. Karena belas kasih-Nya itulah, akhirnya Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya meskipun pada hari Sabat. Dia mempunyai kebijaksanaan dalam mengambil pilihan sikap. Ada nilai yang lebih luhur daripada sekedar taat pada aturan sabat, yakni keselamatan orang.

Tuhan Yesus menegaskan bahwa hari Sabat harus digunakan dengan baik untuk kemuliaan Allah dan keselamatan umat-Nya. Berbuat baik atau berkarya untuk orang yang sedang menderita janganlah dijadikan masalah.

Secara hakiki Tuhan Yesus menggugah hati nurani hukum untuk melihat lebih pada tujuan tindakan. Sehingga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan itu bergantung pada tujuan dari tindakan, bukan sekedar aturannya.

Tindakan menyembuhkan orang pada hari Sabat itu termasuk perbuatan baik, menyelamatkan dan perlu dilakukan. Tindakan menyelamatkan nyawa orang tidak semestinya mendatangkan kemarahan.

Pertanyaan refleksinya, selama ini perbuatan Anda lebih banyak didorong oleh taat pada aturan yang kaku ataukah tindakan belas kasih? Apakah Anda pernah mengalami situasi yang “gegana” dan “andilau” dalam hidup ini? Apa yang Anda lakukan jika menghadapi pilihan yang tidak mudah atau membingungkan? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts