Kasih di Balik Salib

Percik Firman : Ada Kasih di Balik Salib
Senin, 12 Juli 2021
Bacaan Injil: Mat. 10:34-11:1

“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat. 10:38)

Saudari/a ku ytk.,
Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang semangat kemuridan. Yesus Sang Guru memberikan tuntutan kepada para murid-Nya. Diungkapan dengan tegas oleh Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku”.

Syarat menjadi murid Yesus sangat jelas, yaitu memikul salib kita sendiri dan mengikuti Dia dengan setia. Salib tidak dihindari atau dijauhi. Tetapi salib harus kita pikul.

Demikian juga masalah dan kesulitan yang ada tidak dijadikan bahan protes dan keluhan semata, tetapi perlu dijalani dan dihadapi dengan iman. Maka, nasihat orang bijak sering kita dengar, “Kalau berdoa, jangan mohon agar salib ini dijauhkan dari dirimu. Tetapi kalau berdoa, mohonlah rahmat kekuatan agar bahumu dikuatkan untuk memanggul salibmu itu.”

Allah adalah kasih. Deus Caritas Est. Allah yang kita imani adalah Allah yang penuh kasih, bukan penghukum kejam. Di tengah aneka penderitaan dan pandemi Covid-19 saat ini, Gereja tetap setia mewartakan Allah adalah kasih. Kasih kepada Allah terkait dengan kasih kepada sesama. Sesama itu universal, siapa saja, melampaui batas-batas etnis, agama, budaya, negara dan golongan.

Mengasihi sesama merupakan jalan menjumpai Allah. Bahkan mengampuni orang yang telah melukai dan menyakiti. Dalam salib ada kasih dan pengampunan. Di atas kayu salib, Yesus berdoa bagi orang-orang yang telah menyalibkannya, “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Dalam salib ada kobaran api kasih Ilahi. Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib di Golgota bagi keselamatan kita para pendosa. Saya meyakini bahwa kasih dan pengampunan Allah itulah yang menginspirasi Rama Karl Edmund Prier SJ dan para kurban penyerangan di gereja Santa Lidwina, Bedhog, Yogyakarta beberapa tahun yang lalu.

Mereka mengampuni atau memaafkan pelaku penyerangan, saudara Suliono. Bahkan Rama Prier ditemani beberapa sahabat mengunjungi Polda DIY untuk menyampaikan ucapan terima kasih. Selain itu, Rama Prier yang mengalami luka parah dan harus menjalani operasi itu juga menyampaikan telah memaafkan pelaku.

“Memaafkan, jelas saya memaafkan,” ucapnya. Rama Prier mengutip sepenggal Doa Bapa Kami yang berbunyi : Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. “Tiap hari saya mendoakan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Itu mesti dilaksanakan,” tegasnya.

Dengan menjadi murid Yesus, kita diingatkan untuk memanggul salib kita sat ini dan mengikuti Dia dalam tutur kata dan tindakan nyata, termasuk mengasihi dengan tulus dan mengampuni mereka yang telah menyakiti kita.

Pertanyaan refleksinya, salib apa yang sedang Anda panggul hari-hari terakhir ini? Apa yang biasanya Anda lakukan saat menghadapi salib hidupmu? Mari terus memohon rahmat kekuatan untuk memanggul salib hidup kita saat ini. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Merto Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts