Korban Balas Dendam
Percik Firman : Korban Balas Dendam
Sabtu, 29 Agustus 2020
PW Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis
Bacaan Injil: Markus 6:17-29
“Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat” (Mrk 6:19)
Saudari/a ku ytk.,
Apakah Anda pernah dendam pada seseorang? Atau malah menyimpan dendam sampai sekarang ini? Menurut kesaksian umat yang sering mendampingi orang yang sedang dalam sakratul maut, orang yang masih menyimpan dendam dalam hidupnya tidak bisa meninggal dengan tenang.
Ia mengalami kesulitan untuk meninggal dunia. Ketika bisa memaafkan, ia akhirnya meninggal dunia dengan tenang. Wajahnya bercahaya dan tampak damai.
Secara psikologis, banyak studi menunjukkan bahwa menyimpan dendam serta senantiasa berperasaan negatif berakibat buruk bagi kesehatan mental kita. Berdasarkan penelitian dari Medical College of Georgia, misalnya, orang-orang yang mengaku memiliki dendam selama bertahun-tahun akan mengalami peningkatan risiko beberapa masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, hipertensi, maag, sakit punggung, dan sakit kepala.
Bacaan Injil pada Peringatan Wajib Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis hari ini mengisahkan dendam yang dialami Herodias kepada Yohanes Pembaptis. Diungkapkan, “Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat.”
Kita tahu, Herodias adalah isteri dari Filipus, yang kemudian diambil oleh Raja Herodes menjadi isterinya. Padahal Filipus adalah saudaranya Raja Herodes sendiri. Ora ilok yaaa. Sungguh perbuatan yang tidak etis.
Atas tindakan yang tidak etis itu, Yohanes mengkritik keras di hadapan umum. Akibatnya, Yohanes ditangkap dan dipenjara. Dendam Herodias pada Yohanes memuncak dengan kematian Yohanes yang dipenggal kepalanya saat Sang Raja mengadakan pesta.
Relikwi tengkorak kepala Santo Yohanes Pembaptis itu sekarang disimpan di gereja Santo Silvester, sekitar 700 meter dari Kampus Universitas Kepausan Gregoriana Roma. Saat mengunjungi gereja itu, saya melihat relikwi itu diletakkan di dalam tabernakel kaca.
Kisah tentang kemartiran Yohanes Pembaptis dalam Injil hari ini terjadi di Benteng Makherontes, sebuah tempat peristirahatan milik Herodes di dekat Laut Mati. Secara liturgis, pesta hari ini disesuaikan dengan pembangunan gereja Santo Yohanes Pembaptis di Sebaste, Samaria. Yohanes menjadi martir karena memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran dalam pewartaannya.
Jujur, memang tidak mudah untuk menerima kritik. Tidak mudah mengasihi dan memaafkan mereka yang sudah mengkritik dan mempermalukan kita di depan umum. Pengalaman itu tidak mengenakkan. Kita berharap untuk tidak mengalaminya. Namun kadangkala Tuhan mengizinkan hal itu terjadi dalam hidup kita.
Dari pengalaman seperti itu, kita sebagai orang beriman diharapkan dapat bertumbuh dalam kasih, yaitu untuk tidak membalas kemarahan dengan kemarahan, kritik dengan kritik. Ketika dikritik, kita tidak perlu menyimpan dendam. Sebagai orang yang dewasa, kita perlu berterimakasih atas kritikan yang ada demi kebaikan kita.
Pertanyaan refleksinya, apakah hari-hari ini Anda masih menyimpan dendam dengan seseorang yang telah mengkritik? Apa niat Anda sebagai pengikut Kristus agar tidak lagi menyimpan dendam kepada orang lain?
Selamat berakhir pekan. Happy weekend! Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.
# Y. Gunawan, Pr