Melangkahkan Kaki

Percik Firman : Melangkahkan Kaki
Kamis, 16 Juli 2020
Bacaan Injil : Mat 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat 11:28)

Saudari/a ku ytk.,
Merenungkan sabda Tuhan pada hari ini, saya teringat akan refleksi seorang seminaris di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang. Ada seorang yang seminaris yang jarang masuk ke ruang adorasi. Ketika lewat ruang adorasi, dia biasanya berlalu begitu saja.

Pada suatu hari ketika lewat di depan ruang adorasi, dia melihat ada sepasang sandal di depan pintu. Tiba-tiba hatinya digerakkan untuk masuk ke ruang adorasi itu. Awalnya kakinya berat untuk melangkah. Tetapi ada dorongan kuat dari dalam dirinya untuk ikut melepas sandalnya, dan masuk ke ruang adorasi untuk berdoa.

Dia berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus dengan khusuk. Dia mengungkapkan pergulatan batinnya saat itu. Dia mengalami kedamaian dan kelegaan selama doa. Hatinya bahagia dan lega. Dia bersyukur karena mendapat energi baru dalam menjalani panggilannya.

Dalam buku refleksi hariannya, dia menulis ungkapan kegembiraan batinnya dan disadarkan Tuhan untuk datang kepada-Nya dari sepasang sandal di depan pintu ruang adorasi itu. Ternyata, melalui sepasang sandal, Tuhan bisa berkarya mengobarkan hati dan menggerakkan seseorang.

Sabda Tuhan hari ini mengundang kita semua untuk datang kepada-Nya. Tuhan Yesus membuka hati-Nya dan menawari kita kelegaan dan kedamaian. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”, ajak Tuhan Yesus.

Untuk menanggapi undangan Tuhan itu dibutuhkan keberanian dan kepekaan. Juga dituntut kerendahanhati dari diri kita. Tak lupa juga dibutuhkan kesiapsediaan kita untuk mau melangkahkan kaki kita datang kepada-Nya. Tak jarang hambatannya ada di dalam diri kita sendiri, seperti sikap malas, arogan atau sombong, dan merasa diri bisa tanpa campur tangan Tuhan.

Setiap orang tentu punya masalah hidup dan pergulatan batin dengan aneka bentuknya. Para seminaris yang baru masuk, misalnya, bergulat dengan adaptasi suasana seminari. Ada seminaris yang baru masuk merasa tidak krasan dan ingin pulang, sampai suhu badannya 37 derajat.

Para guru bergulat dengan cara mengajar jarak jauh lewat google classroom. Para orangtua bergulat dengan pekerjaan di masa pandemi Covid-19 ini. Para pastor paroki bergulat dengan aneka persiapan pelayanan misa di paroki di masa new normal nantinya.

Pertanyaan refleksinya, apa saja pergulatan batin Anda akhir-akhir ini? Bagaimana upaya Anda agar menjadi pribadi yang tangguh (tahan banting) di tengah pergulatan itu? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts