Mempersilakan Tuhan
Kamis, 8 Desember 2022
HR St Maria Dikandung Tanpa Noda
Bacaan Injil: Luk 1:26-38
Sdri/a ku ytk.,
Pada hari ini tanggal 8 Desember, Gereja merayakan Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Maria Immaculata). Ajaran Gereja tentang St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda ini disampaikan oleh Paus Pius IX pada tahun 1854.
Mengapa? Karena beliau melihat kelesuan rohani dalam dunia modern. Lalu beliau ingin membangkitkan kembali kehidupan rohani umat dengan menampilkan kembali teladan sosok Bunda Maria dan perannya dalam sejarah keselamatan. Maka, pada 8 Desember 1854, Paus Pius IX menegaskan secara resmi dogma St. Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa ini.
Sosok Bunda Maria juga sering dikaitkan dengan devosi dan tempat-tempat peziarahan Maria. Misalnya, Gua Maria Kerep Ambarawa, Gua Maria Lawangsih Nanggulan, Gua Maria Marganingsih Bayat, Sendang Sono, Sendang Jatiningsih, Sendang Sriningsih, Sendang Ratu Kenya, Fatima-Portugal, Lourdes-Prancis, Garabandal-Spanyol, Guadalupe–Meksiko, dsb.
Di beberapa tempat peziarahan tertentu, Bunda Maria diyakini pernah menampakkan diri dan memberikan pewahyuan serta nasihat. Dalam beberapa penampakannya, Ibu Maria memperkenalkan diri sebagai Dikandung Tanpa Noda Dosa.
Pada tahun 1531 di Guadalupe, Meksiko, Bunda Maria mengatakan kepada Juan Diego, “Akulah Perawan Maria yang tak bercela, Bunda dari Allah yang benar”.
Pada tahun 1830, Maria mengatakan kepada St. Katarina Laboure agar dibuat Medali Wasiat dengan tulisan, “Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung padamu.”
Terakhir, pada tahun 1858 kepada St. Bernadeta di Lourdes, Prancis, Bunda Maria mengatakan, “Akulah yang Perawan Suci Dikandung Tanpa Noda Dosa.”
Dengan ajaran Maria Immaculata ini, Gereja ingin menegaskan bahwa Maria dikandung dalam rahim ibunya, Santa Anna, tanpa dosa asal, dosa Adam dan Hawa. Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang dianugerahi karunia ini.
Ia memperoleh keistimewaan ini karena ia akan menjadi ”bejana yang kudus” (tabernakel), dimana Yesus akan lahir ke dunia melalui rahim Bunda Maria.
Bacaan Injil hari ini dengan jelas melukiskan bagaimana sosok teladan Bunda Maria. Dia adalah pribadi yang rendah hati dan siap sedia (disponible). Rendah hati dalam tutur kata dan sikap. Siap sedia diutus dan diberi tanggung jawab. Dua keutamaan inilah yang perlu kita teladani dalam hidup sehari-hari.
Dengan segala kerendahan hatinya Bunda Maria siap sedia (sendhika dhawuh) menerima secara penuh tugas untuk menjadi Ibu Penebus yang diberikan kepadanya lewat pewartaan malaikat. Dalam kerendahan hatinya, Maria menaruh harapan dan kepercayaan sepenuhnya kepada Allah. Kekuatannya ada pada Allah.
Bunda Maria mempersilakan Allah berbuat apa saja atas dirinya. Setiap saat dalam hidupnya, Maria membuat pilihan untuk mempersilakan Tuhan menjadi Allah dalam hidupnya. Oleh sebab itu, Maria dengan jujur menyatakan identitasnya, ”Aku ini hamba Tuhan.”
Rendah hati berasal dari kata Latin ”humus-humilis” mengandung makna yang mendalam. Humus merupakan bagian tanah yang subur, di sana berbagai tumbuhan dan binatang bisa hidup berkembang dan manusia pun bisa hidup berkembang juga. Karena di sana pasti ada kehidupan. Rendah hati menjadi sikap dasar dan fundamental bagi bertumbuhnya keutamaan-keutamaan yang lain.
Untuk menumbuhkan kerendahhatian dan kesiapsediaan dalam hidup ini, kita perlu menumbuhkan habitus atau kebiasaan, antara lain: berani minta maaf kalau bersalah, mengucapkan terima kasih bila sudah dibantu/diberi, berani minta tolong bila memang tidak bisa mengerjakannya, dan siap sedia diutus atau dipercaya untuk tugas tanggung jawab yang baru.
Pertanyaan refleksinya, adakah pengalaman Anda yang langsung siap sedia ketika diberi tugas atau tanggung jawab yang baru ? Apakah Anda mempersilakan Tuhan untuk berbuat apa saja dalam hidup Anda?
Bunda Maria Immaculata, doakanlah kami. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli-Semarang). # Y. Gunawan, Pr