Menjadi Saksi ”RSJ”

Percik Firman: Menjadi Saksi ”RSJ”
Minggu, 13 Desember 2020
Minggu Adven ke-3 – Minggu Gaudete
Bacaan Injil: Yoh 1:6-8.19-28

”Ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya” (Yoh 1:7)

Sdri/a ku ytk.,
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, kita sering menjumpai orang-orang yang menjadi saksi. Ada saksi mata yang melihat langsung peristiwa atau kejadian tertentu, atau minimal berada di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Ada juga saksi di pengadilan (biasanya disumpah dulu sebelum menceritakan kebenaran atau memberikan kesaksian atas si terdakwa). Ada saksi Manten (biasanya dipilih orang yang mengenal calon manten dan ikut mendampingi calon manten dari persiapan sampai membangun hidup berkeluarga).

Pada hari ini kita memasuki Minggu Adven III atau Minggu Gaudete (Minggu Sukacita). Maka, lilin yang dinyalakan ada 3 buah dan lilin berwarna merah muda (jingga) mulai dinyalakan sebagai ungkapan sukacita, karena masa penantian telah berjalan setengah dan akan segera berakhir. Suasananya lebih mengajak kita untuk bergembira.

Sabda Tuhan yang kita renungkan hari ini berbicara tentang kesaksian yang diwarnai sukacita dan sorak-sorai, baik dari nabi Yesaya, Rasul Paulus, maupun Yohanes Pembaptis. Pada Minggu Adven I dan II, kita diajak untuk melakukan pertobatan (dengan berjaga-jaga dan mempersiapkan jalan bagi Tuhan).

Pada Minggu Adven III ini, kita diajak untuk meneladan Yohanes Pembaptis yang menjadi Saksi Kristus, sang Terang sejati. Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang kesaksian, seorang saksi. Berkali-kali kata itu sering muncul. Seorang saksi biasanya dituntut mempunyai kualitas tertentu, keutamaan tertentu.

Kualitas atau keutamaan seorang saksi dapat kita temukan dalam bacaan-bacaan pada Minggu Adven III ini. Sekurang-kurangnya, seorang saksi harus mempunyai 3 kualitas hidup, yaitu: Rendah hati, Sukacita, dan Jujur. Itulah 3 kata kunci (RSJ) yang perlu kita bundeli agar bisa memberikan kesaksian secara benar.

Sosok Yohanes Pembaptis menjadi teladan atau figur seorang saksi yang jempolan (TOP BGT). Bacaan Injil hari ini menampilkan sosok Yohanes Pembaptis. Kualitas pertama adalah rendah hati. Dia tidak bersedia disebut sebagai Elia, apalagi Mesias. Kedua tokoh itu memang selalu terkait sebagai pewarta dan yang diwartakan sebagai pembawa keselamatan.

Yohanes merasa tidak layak, meskipun posisinya menurut jemaat Kristiani (sesuai kesaksian Injil) adalah posisi Elia. Yohanes lebih suka disebut sebagai suara orang yang berseru-seru di padang gurun: “Luruskanlah jalan Tuhan …”.

Ketika ditanya tentang kegiatannya membaptis, Yohanes sekali lagi berkelit: “Aku membaptis dengan air … Membuka tali kasutnya pun aku tidak layak.” Yohanes memperkenalkan Yesus yang begitu dihormatinya. Dia tidak mau disebut sebagai Elia, namun fungsinya sama yaitu membuka jalan bagi Tuhan dengan pewartaan dan kesaksian hidup.

Kerendahan hati Yohanes membuat dia dipuji dan dikagumi banyak orang sepanjang zaman. Dia tidak menonjolkan dirinya, kehebatannya, mati raganya, dsb. Ia sadar posisinya dan peranannya sebagai tokoh yang menyiapkan kedatangan Sang Juru Selamat yang dinanti-nantikan.

Kualitas kedua dari seorang saksi adalah SUKACITA. Seorang saksi harus bersukacita dengan apa yang diwartakannya. Bagaimana nantinya jika dia sendiri tidak bahagia, orang lain yang mendengarkan kesaksiannya tentu tidak akan percaya.

Segala sesuatu yang dilakukan dengan sukacita akan menjadi ringan. Apalagi kalau kita bersukacita dalam Tuhan, sebagaimana St. Paulus dan nabi Yesaya: “Aku bersukacita dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku”.

Kualitas yang ketiga adalah JUJUR. Jujur dengan apa yang dikatakan, yang diketahui. Jujur dalam kata dan tindakan. Konsisten antara perkataan dan perkuatan. Yohanes Pembaptis memberikan teladan bagaimana ia jujur kepada orang banyak: Dia bukan Elia, bukan Mesias. Dia adalah suara yang berseru-seru di padang gurun.

Marilah kita mohon kepada Tuhan agar kita semakin berani menjadi saksi Kristus di dalam kehidupan sehari-hari pada zaman sekarang ini. Semoga kita menjadi Saksi yang ”RSJ”: Rendah hati, Sukacita, dan Jujur. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts