Menjadi Pribadi Bijaksana
Percik Firman : Menjadi Pribadi Bijaksana
Jumat, 27 Agustus 2021
Peringatan Wajib Santa Monika
Bacaan Injil: Mat 25:1-13
Saudari/a ku ytk.,
Konon katanya, orang pandai belum tentu bijaksana. Orang yang bijaksana biasanya pandai. Yang namanya kebijaksanaan itu tidak bisa dibeli di manapun. Tidak ada supermarket, pasar atau toko online yang menjualnya.
Kebijaksanaan juga tidak muncul secara instan. Tetapi kebijaksanaan adalah sebuah anugerah Tuhan sekaligus kebiasaan yang terus-menerus harus dihidupi dan diperjuangkan dengan tekun hari demi hari.
Latihan untuk berdiscerment atau membedakan roh / gerak batin dalam diri kita adalah upaya untuk menjadi bijaksana. Penting kita terus berlatih membedakan: mana yang baik mana yang tidak, mana yang mendesak mana yang bisa ditunda, mana yang penting mana yang hanya tambahan, dsb. Kalau sudah dihidupi dan menjadi milik, kebijaksanaan itu selalu bersinar dan tidak dapat layu.
Bacaan Injil pada peringatan Santa Monika (332-387) hari ini mengungkapkan bahwa Kerajaan Sorga diumpamakan dengan para gadis yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Mereka adalah lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh. Pelita (bahasa Yunani: lampas) di sini adalah obor yang memakai minyak zaitun sebagai bahan bakarnya.
Pertanyaannya, kenapa lima gadis bijaksana itu pelit, egois, tidak mau berbagi minyak zaitun dengan lima gadis yang lain? Soalnya bukan egois atau tidak, pelit atau tidak, tetapi kita dihadapkan pada hal praktis. Jika cadangan minyak yang terbatas itu dibagi-bagi, maka mereka semua tidak bisa ikut prosesi sampai ke rumah mempelai pria dengan pelita tetap bernyala.
Tentu ini suatu aib, memalukan. Hal ini menjadi penilaian bahwa pihak mempelai perempuan tidak mempersiapkan diri dengan baik. Oleh karena itu, bagi Tuhan Yesus, penolakan mereka untuk berbagi minyak adalah sikap yang bijaksana karena memikirkan kepentingan yang lebih besar bagi keluarga mempelai.
Hidup di dunia ini seperti sebuah peziarahan memasuki kehidupan abadi. Kita tidak tahu kapan dipanggil Tuhan. Yang penting: kita mengisi hidup ini dengan hidup yang layak sebagai anak-anak Allah, yaitu mengasihi keluarga kita dan sesama kita.
Santa Monika adalah pribadi yang mengasihi keluarganya dengan total meskipun keluarganya tidak sempurna. Dia tidak lepas dari masalah hidup berkeluarga (anak yang nakal, suami yang tidak beriman/kafir). Dia lahir di Tagaste, Afrika Utara. Dia menikah dengan Patrisius. Mereka punya 3 anak, yang sulung bernama Agustinus.
Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena perilaku suami dan anaknya. Semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berusaha dan berdoa pada Tuhan. Dia percaya bahwa waktunya akan tiba, dimana permohonannya dikabulkan Tuhan. Hal ini mirip dengan keyakinan orang Jawa, “Teteken kanthi tekun apa sing digayuh bakal tekan”.
Selama sekitar 32 tahun Santa Monika tekun berdoa untuk keluarganya, pertobatan suaminya dan anaknya. Doanya dikabulkan Tuhan. Suatu hari Monika berkata kepada Agustinus: “Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku.” Inilah “pelita” yang membuat Santa Monika bisa tetap bertahan hidup.
Pada usia 56 tahun Monika meninggal dunia karena serangan demam yang hebat di Ostia, Roma. Santa Monika memberi kita teladan untuk tekun berdoa dengan tak kunjung putus. Tuhan akan mengabulkan doa kita umatNya pada saat yang tepat. Ada tiga cara Tuhan mengabulkan doa umat-Nya, yaitu diberikan persis seperti yang kita mohon, diganti dengan lebih baik, dan ditunda sampai waktu yang tepat bagi Tuhan.
Santa Monika menjadi teladan istimewa para ibu dalam membesarkan anak-anaknya, juga teladan bagi para isteri yang tetap mencintai suaminya dengan tulus, dan teladan bagi para janda yang menjalani masa-masa ditinggal meninggal sang suami dengan tegar.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini? Apa kenangan indah yang kamu alami bersama ibumu? Selamat berpesta pelindung bagi lingkungan, paguyuban dan Anda yang bernama baptis Monika. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr