Pertobatan Hati
Percik Firman : Pertobatan Hati
Minggu Biasa XXII, 29 Agustus 2021
Bacaan Injil: Mrk. 7:1-8.14-15.21-23
Saudari/a ku ytk.,
Dalam salah satu sarasehan yang membahas seputar iman Katolik, ada seorang OMK yang bertanya pada saya: “Romo, saya ditanya teman muslim. Kenapa kamu orang katolik makan B2 dan B1? Bukankah itu makanan haram? Mohon penjelasan, Romo.”
Soal haram dan halal menjadi bahan pengajaran Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Jawaban saya waktu itu pun saya dasarkan dari ajaran Yesus tersebut. Pada dasarnya Yesus mengajak kita untuk melihat dasar kehidupan keagamaan kita, yakni hati manusia. Hidup keagamaan yang diajarkan oleh Yesus bukan atas dasar perintah Allah yang tertulis dalam bentuk hukum, melainkan yang tertulis dalam hati manusia.
Itulah yang ditegaskan oleh Yesus bahwa apa yang di luar dan masuk ke dalam manusia tidak dapat menajiskan, melainkan yang keluar dari dalam diri manusia melalui mulutnya itulah yang menajiskan (haram). Yang masuk ke dalam perut melalui mulut, akan berakhir menjadi ‘kotoran’. Tetapi yang keluar dari dalam hati manusia dan keluar melalui mulutnya dan tindakannya itulah yang menajiskan.
Sebut saja misalnya: suka marah-marah, berkata-kata kotor, menggosip, menfitnah, caci maki, berzinah, iri hati, dll. Yang keluar dari hati dan melalui mulut (dan tangan) orang itulah yang menajiskan. Hati-hati atas tanganmu. Kini dengan HP atau media sosial tangan bisa lebih kejam dan tajam daripada mulut. Tangan bisa digunakan untuk menyakiti hati, menyebar fitnah dan hujat.
Tuhan Yesus meluruskan pemahaman ‘najis’ atau haram yang salah kaprah dalam masyarakat. Najis atau haram bukan sekedar soal makanan, apalagi ada sertifikat halal atau tidak. Tetapi lebih pada tindakan yang dapat merusak, meracuni, dan berakhir pada dosa dalam diri manusia itu. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa yang dikatakan ‘najis’ adalah segala sesuatu yang keluar dari hati, bukan yang masuk ke dalam perut manusia.
Marilah kita mohon agar kita makin dimampukan untuk mengadakan pertobatan hati, menjaga kesucian hati dan kemurnian pikiran kita, agar apa yang kita keluarkan dalam kata dan tindakan menjadi berkah bagi orang lain, bukan menjadi kenajisan. Hati-hati dengan mulutmu dan tanganmu di masa sekarang ini. Mari stop hoax! Kita tebarkan pengharapan dan optimisme di masa pandemi saat ini.
Selamat berHari Minggu. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr