Peregrinantes in Spem

Peregrinasi 2024

MERTOYUDAN, JENDELA – Peregrinasi menjadi salah satu kegiatan rohani yang rutin diadakan oleh Seminari Mertoyudan. Tahun ini peregrinasi dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober yang lalu. Tujuan diadakan peregrinasi adalah untuk membantu para seminaris dalam mengolah dan semakin mengenal diri sendiri.

Tahun ini Seminari Mertoyudan mengambil tema peregrinasi “Peregrinantes in Spem” yang artinya “Peziarahan dalam Pengharapan”. Tema ini sesuai dengan tema tahun yubileum yang diangkat oleh Paus Fransiskus pada tahun 2025 mendatang. Tidak hanya para seminaris, beberapa guru, staf bahkan karyawan pun ikut untuk berjalan dari Seminari Mertoyudan sampai di Sendangsono.

Berpengharapan menjadi bekal yang disiapkan sebelum berangkat ke tempat tujuan. Harapan untuk sampai dengan selamat adalah salah satunya.

Sebelum berangkat, para seminaris juga dibekali dengan pendalaman bersama Rm. Evodius Sapto Jati Nugroho, SJ selaku prefek spiritual di Seminari Mertoyudan. Beliau menyampaikan bahwa peregrinasi menjadi sarana untuk menemukan Tuhan dalam perjumpaan-perjumpaan yang dialami oleh setiap peziarah dalam perjalanannya. Peregrinasi juga dapat dijadikan bagian dari silih atas dosa-dosa masa lalu yang pernah dilakukan.

Malam sebelum berangkat ke Sendangsono, para seminaris mengikuti Perayaan Ekaristi Perutusan. Di akhir Perayaan Ekaristi Rm. Vincentius Istanto Pramuja, SJ selaku Romo Rektor Seminari Menengah Mertoyudan juga menyampaikan beberapa pesan untuk seminaris. Beliau mengajak para seminaris agar dapat menjadi pribadi yang mampu ‘menemukan Tuhan dalam segala’ sesuai dengan spirit para Imam Jesuit “Finding God in All Things.”

Tahun ini, para seminaris dibagi menjadi tiga batalyon besar dan dibagi menjadi 38 kelompok kecil. Sebelum berangkat, setiap kelompok diberi kesempatan untuk berkumpul dan menentukan nama kelompok. Nama kelompok yang dipilih adalah nama dari seorang Santo atau Santa yang semangatnya akan dijadikan semangat kelompok selama menjalani perjalanan. Ada yang memilih St. Fransiskus Xaverius, St. Sergius, St. Paulus, dan masih banyak lagi. Bahkan ada kelompok yang memilih nama Barnabas Sarikromo, salah seorang katekis pertama yang makamnya terletak di wilayah Sendangsono.

Setiap kelompok diketuai oleh seorang seminaris dari kelas XII (Medan Utama).“Kurang anti mainstream,” begitu tanggapan Yosua salah seorang ketua kelompok dalam peregrinasi kali ini. Ia pun berharap semoga di tahun depan dapat dilakukan peregrinasi PP (Pulang-Pergi) seperti tahun sebelumnya, “Biar adik kelas juga ngerasain gimana rasanya PP,” begitu pungkasnya dalam pertemuan di Ruang OSIS.

Beberapa seminaris Medan Madya juga mengeluhkan hal yang sama, banyak yang menyayangkan bahwa peregrinasi di tahun ini tidak dapat dilaksanakan pulang-pergi. “Rasanya kurang,” begitu tanggapan Dhonny salah seorang seminaris Medan Madya saat disambangi oleh tim redaksi di Medan Madya. Aviel juga menyatakan harapannya, “Semoga tahun depan bisa PP.”  Meskipun begitu, makna dari peregrinasi ini sama sekali tidak berkurang. Semua seminaris, staf, dan guru yang mengikuti kembali mengalami kebersamaan peziarahan yang saling menguatkan.

Similar Posts