Pribadi yang Bertanggungjawab

Percik Firman : Pribadi yang Bertanggungjawab
Kamis, 26 Agustus 2021
Bacaan Injil: Mat. 24: 42-51

“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?” (Mat 24: 45)

Saudari/a ku ytk.,
Di Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan, ada tiga nilai dasar pembinaan atau formatio calon imam, yaitu kedisipinan, kejujuran, dan tanggung jawab. Melalui aneka tugas kepanitiaan, tugas OSIS, dan tugas kebidelan, para seminaris dilatih untuk mengembangkan sikap bertanggungjawab tersebut.

Misalnya, ada yang menjadi bidel air minum di seminari. Dia harus bertanggungjawab memastikan air minum selalu tersedia untuk teman-teman seangkatannya sepanjang hari. Jika air minum habis, dia bertanggungjawab mengambil air minum di dapur.

Ada yang menjadi bidel kelas. Maka di masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) seperti saat ini, dia bertanggungjawab memastikan teman-temannya sudah siap mengikuti PJJ atau jika ada yang belum masuk ke zoom kelas, dia menghubungi temannya itu untuk segera bergabung.

Nilai tanggung jawab itu sangat penting. Hal ini harus dilatihkan sejak di pendidikan seminari, supaya saat kelak dia menjadi imam, dia bisa bertanggungjawab dan diandalkan dalam pelayanan kepada umatnya.

Bertanggungjawab terhadap apa? Bertanggungjawab terhadap pengaturan waktu dirinya sendiri, terhadap kepercayaan dari para staf seminari, terhadap anggota komunitas, terhadap kepercayaan dari pimpinannya, dan terlebih terhadap talenta yang diberikan oleh Tuhan.

Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus memuji hamba yang baik, karena dia dapat dipercaya dan dapat diandalkan oleh tuannya. Hal itu tampak dalam perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat. Menurut Tuhan Yesus sikap dasar apa yang dituntut dari seorang hamba? Sikap setia dan bijaksana.

Ditegaskan, “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?” Kesetiaan ditujukan kepada Allah dan tuannya, sedangkan bijaksana terutama ditujukan kepada sikap terhadap sesama.

Orang yang setia biasanya hidupnya jujur dan dapat diandalkan. Meski tidak ada tuannya, ia tetapi melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya. Orang yang bijaksana biasanya tidak emosional, tidak mudah menghakimi orang lain, dan tidak mencari kesalahan orang lain.

Perumpamaan itu disampaikan Tuhan Yesus untuk menjelaskan tentang kedatangan Tuhan. Pada kenyataannya tak seorang pun mengetahui kapan Tuhan datang. Tuhan memberi kita kemerdekaan menjalani hidup ini.

Ada dua tipe hamba di hadapan Tuhan, yaitu: hamba yang baik (setia dan bijaksana), serta hamba yang jahat. Yang pertama adalah hamba yang berintegritas karena ada atau tidak ada sang tuan, dia akan tetap bekerja dengan baik. Prinsip ini diharapkan menjadi etos hidup, pelayanan, dan kerja orang Katolik. Mengapa hamba yang setia ini tetap bekerja dengan baik sekalipun tuannya pergi? Karena ia sadar bahwa Allah senantiasa hadir dan melihat seluruh hidupnya.

Sedangkan hamba yang jahat berpikir bahwa waktunya masih panjang. Tuannya tidak datang-datang. Ia berpikir bahwa segala kejahatan yang dilakukannya pasti tidak diketahui, karena tuannya tidak hadir. Hamba yang demikian tidak berintegritas.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana sikapmu terhadap tanggungjawab dan kepercayaan yang diberikan oleh pimpinanmu? Apakah Anda pernah memuji dan memberi hadiah kepada rekan kerja dan anggota keluarga Anda? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr

Similar Posts