Sang Pewarta yang Handal
Percik Firman : Sang Pewarta yang Handal
Senin, 29 Juni 2020
HR Santo Petrus dan Santo Paulus, Rasul
Bacaan Injil : Mat 16:13-20
“Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Jemaat-Ku” (Mat 16:18)
Saudari/a ku ytk.,
Setiap orang kudus biasanya mempunyai barang kekhasan yang dimiliki. Jika melihat barang itu, kita langsung kenal atau ingat pribadi yang bersangkutan. Misal, Santo Yusuf dengan peralatan tukangnya, Santo Ignatius dengan buku latihan rohaninya, Santo Petrus dengan kuncinya, dan Santo Paulus dengan pedangnya.
Hari ini Gereja merayakan hari raya dua rasul agung, yaitu Santo Petrus dan Santo Paulus. Kedua rasul tersebut mewartakan Kabar Gembira (Injil) yang sama dengan cara yang berbeda dan tempat yang berbeda. Watak kedua rasul itu berbeda.
Petrus sering tinggal di Yerusalem dan sekitarnya. Paulus berkeliling ke banyak tempat di daerah misi, sehingga dikenal sebagai misionaris terbesar sepanjang zaman. Petrus mewartakan Yesus kepada orang Yahudi. Sedangkan Paulus mewartakan Yesus kepada orang non Yahudi. Mereka adalah pewarta yang handal.
Keduanya meninggal dunia sebagai martir Kristus di Roma. Petrus wafat disalib di bukit Vatikan dengan kepala di bawah. Makamnya sekarang di bawah altar utama Basilika Santo Petrus di Vatikan. Sedangkan Paulus meninggal dunia dengan dipenggal kepala di Tre Fontane, Roma. Makamnya di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok Kota Roma.
Kegigihan iman mereka dan semangat berkobar-kobar dalam mewartakan Kristus sampai akhir hayat menjadi keutamaan mereka. Ada beberapa paroki di Keuskupan Agung Semarang yang berada di bawah perlindungan dua santo itu, antara lain: Paroki Klepu, Paroki Temanggung, Paroki Babadan, Paroki Minomartani, Paroki Kelor, dsb.
Bacaan Injil pada hari ini mengisahkan siapa Yesus sekaligus bagaimana Yesus memberikan kuasa kunci kepada Petrus. Bagi Petrus, Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Setelah Petrus menyatakan siapa Yesus itu, dikisahkan bahwa Yesus memuji Petrus dan memberikan sabda kuasa kunci kepadanya.
Sabda Yesus itu terpatri dalam Basilika Santo Petrus di Vatikan. Di bagian kubah Basilika itu, tertulis sabda Yesus dalam bahasa Latin “Tu es Petrus et super hanc petram aedificabo Ecclesiam meam, et portae inferi non praevalebunt adversus eam. Et tibi dabo claves regni caelorum” (Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GerejaKu, dan alam maut tidak akan menguasainya. Aku akan memberikan kunci Kerajaan Surga).
Kubah Basilika tersebut berdiameter 41,47 m dan tingginya 136,57 m. Kubah ini kubah tertinggi di dunia. Kubah ini selesai dibangun tahun 1590 pada masa arsitek Giacomo della Porta dan Fontana. Dari puncak kubah itu, kita bisa menikmati keindahan kota Vatikan, Roma, pusat kekatolikan.
Di dalam Basilika sendiri ada patung Santo Petrus yang duduk di tahta sambil memegang kunci. Di depan Basilika ada patung besar Santo Petrus yang berdiri membawa kunci dan di ujung lain ada patung besar Santo Paulus membawa pedang.
Saya secara pribadi kagum atas keindahan bangunan Basilika, terlebih bersyukur atas karya Allah sepanjang sejarah Gereja sampai saat ini. Bersyukur mengimani dan mempunyai Yesus, bersyukur atas iman katolik, bersyukur atas para rasul dan para misionaris dari masa ke masa yang mewartakan iman Katolik sampai di daerah kita.
Secara khusus saya yang rapuh ini bersyukur atas rahmat panggilan imamat yang saya terima sejak 10 tahun yang lalu. Kami bersembilan ditahbiskan menjadi Imam Diosesan Semarang oleh Mgr. J. Pujasumarta tanggal 29 Juni 2010.
Santo Petrus yang rapuh dipilih menjadi pemimpin Gereja dan memainkan peranan penting dalam kehidupan jemaat Gereja awal. Santo Petrus diserahi kunci Kerajaan Surga. “Kunci” merupakan simbol kekuasaan atau otoritas.
Dengan menerima kuasa itu bukan berarti Petrus diberi kewenangan untuk menentukan siapa yang boleh masuk surga dan siapa yang tidak, tetapi berhak menafsirkan kehendak Allah dalam Kitab Suci. Menyatakan bahwa sesuatu dilarang atau diperbolehkan, dipertahankan atau dibatalkan. Menentukan apa yang mengikat dan tidak mengikat, wajib dan tidak wajib. Semua itu dimaksudkan untuk melindungi seluruh jemaat dari kekuatan jahat dan dari kesesatan.
Pertanyaan refleksinya, apakah Anda mensyukuri iman katolik Anda saat ini? Apa yang perlu Anda lakukan untuk semakin mengembangkan iman katolik Anda? Bersediakah Anda dilibatkan Tuhan menjadi pewarta zaman ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan.
# Y. Gunawan, Pr