Tuhan Sudah Mengatur
Sabtu, 17 Desember 2022
Bacaan Injil: Mat. 1:1-17
Saudari/a ku ytk.,
Dalam dokumen “Amoris Laetitia” (Sukacita Kasih, 2016), Paus Fransiskus mengungkapkan, “Tidak ada keluarga jatuh dari surga dalam bentuk yang sempurna. Keluarga perlu terus-menerus bertumbuh dan dewasa dalam kemampuan untuk mencintai” (AL, no. 325).
Kita kadangkala tidak mudah menerima masa lalu yang kelam. Tidak mudah pula menerima keadaan keluarga yang tidak sempurna. Yang muncul adalah keinginan untuk menutupinya atau membandingkannya dengan keluarga yang lain. Akibatnya, hidup ini tidak bahagia.
Setiap orang tidak bisa memilih mau lahir dari keluarga siapa, lahir di mana (kota atau desa), lahir kapan, dsb. Semua ada di luar keinginan kita. Semua sudah ditentukan oleh Tuhan. Tuhanlah yang sudah memilihkan kita untuk lahir di mana dan kapan, serta lahir dalam keluarga siapa.
Jika Tuhan yang memilihkan, pasti Dia sudah punya rencana yang terbaik untuk hidup kita. Tuhan sudah mengatur masa depan kita. Sebagai orang beriman, kita perlu membangun sikap untuk menerimanya dengan rasa syukur, mengolah pengalaman atau masa lalu itu, dan memaknainya dalam terang iman.
Jalan yang diberikan Tuhan tidak selalu datar, mulus, halus, dan lurus. Bahkan tidak seperti jalan tol yang bebas hambatan. Dalam kenyataannya, kita mengalami jalan yang menanjak, menurun, belok-belok, terjal, landai, dsb. Tetapi kita percaya bahwa jalan Tuhan pasti yang terbaik untuk kita.
Merenungkan bacaan Injil tentang silsilah Yesus Kristus pada hari ini, kita dibawa pada kesadaran bahwa kalau Tuhan sudah berencana dan bertindak, tak ada yang mustahil. Tuhan bisa memakai yang “bengkok” atau rapuh secara manusiawi untuk karya keselamatan-Nya. Dia sudah mengaturnya.
Ternyata tidak semua leluhur Yesus adalah orang yang baik dan sempurna. Ada orang-orang yang rapuh dan lemah, bahkan tidak luput dari kejahatan dan dosa besar. Yesus hadir dalam keluarga besar atau nenek moyang yang tidak sempurna.
Sebut saja, misalnya, Tamar. Dia adalah orang Kanaan yang menyamar sebagai wanita asusila atau perempuan jalang (Kej 38:1-30). Dia berzinah dengan Yehuda, ayah mertuanya sendiri, sehingga punya dua anak kembar, yakni Peres dan Zerah.
Ada juga Rahab yang berasal dari Yerikho. Dia seorang wanita tuna susila professional, perempuan sundal atau pelacur (Yos 2:1-24). Bahkan ada Rut, seorang janda yang berasal dari Moab, mendekati Boas dengan cara tak biasa (Rut:3:1-15 dan 4:13-17).
Lantas pesan apa yang mau disampaikan? Kerapuhan manusia bisa dipakai oleh Allah untuk karya agung-Nya. Ketidaksempurnaan manusiawi bisa menjadi jalan keselamatan. Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Yesus hadir di tengah nenek moyang yang tidak sempurna dengan masa lalu yang kelam.
Dalam nasihatnya tentang Keluarga, Paus Fransiskus juga pernah menasihati, “Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna, kita tidak sempurna, tidak menikah dengan orang yang sempurna, kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Kita memiliki keluhan tentang satu sama lain. Kita kecewa dengan satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada pernikahan yang sehat atau keluarga yang sehat tanpa olah pengampunan”.
Menyongsong perayan Natal seminggu lagi, marilah kita mengembangkan rasa syukur atas keluarga kita, orangtua kita dan leluhur kita yang dipilih Allah untuk melahirkan, merawat, membesarkan dan mendidik kita sampai saat ini. Percayalah bahwa Tuhan bisa berkarya dalam “garis bengkok” hidup kita.
Pertanyaan refleksinya, apakah hidup dan masa lalu baik-baik saja? Apa yang Anda lakukan untuk merawat hidup keluarga atau hidup panggilanmu?
Marilah hari ini secara khusus kita doakan orangtua kita, baik yang sudah meninggal dunia ataupun yang masih hidup. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Betlehem van Java, Muntilan. # Y. Gunawan, Pr
Nb: Mari kita doakan scr khusus Paus Fransiskus yang berulangtahun ke-86 hari ini.