Terus Belajar Mencintai

Percik Firman : Terus Belajar Mencintai
Minggu, 27 Desember 2020
Pesta Keluarga Kudus
Bacaan Injil: Luk 2:22-40

Saudari/a ku ytk.,
Keluarga adalah sekolah belajar. Di keluarga, kita belajar menjadi anak. Belajar menjadi orangtua. Belajar menjadi besan. Belajar menjadi mertua. Belajar menjadi menantu. Belajar menjadi suami/isteri, dsb.

Paus Fransiskus mengungkapkan dalam Anjuran Apostolik Amoris Laetitia (Sukacita Kasih): “Tidak ada keluarga jatuh dari surga dalam bentuk yang sempurna. Keluarga perlu terus bertumbuh dan dewasa dalam kemampuan untuk mencintai. Semoga kita tidak patah semangat karena keterbatasan kita” (AL. 325).

Hari ini Gereja merayakan pesta Keluarga Kudus. Pesta Keluarga Kudus mulanya dirayakan secara lokal pada abad XVII. Kemudian pada tahun 1895, Paus Leo XIII menetapkan perayaan Pesta Keluarga Kudus pada hari Minggu ketiga setelah Epifania.

Kemudian Paus Yohanes XXIII (1958 -1963) memindahkan Pesta Keluarga Kudus pada hari Minggu setelah Natal atau hari Jumat sebelum tgl 31 Desember.

Alasan Gereja menempatkan Pesta Keluarga Kudus dekat dengan Natal (dalam oktaf Natal) adalah Gereja ingin menampilkan keluarga menjadi salah satu sarana penting karya keselamatan Tuhan dan keluarga sebagai jalan panggilan hidup menuju kekudusan seperti keluarga Nazaret.

Pesta Keluarga Kudus ini sebenarnya juga pesta keluarga kita masing-masing. Kita diajak bersukacita dan bersyukur kepada Allah atas keluarga kita. Untuk bersyukur tidak perlu nunggu sukses, bahagia, dan punya ini itu. Kita bersyukur maka kita bahagia.

Bacaan Injil hari ini memberi teladan kepada kita cara hidup Keluarga Kudus Nazaret. Mereka taat pada hukum atau tradisi agama. Mereka rajin beribadah.

Mereka memang tidak kaya secara ekonomi. Mereka pun tidak terpandang secara status sosial. Maria melahirkan Anak Tunggalnya di sebuah kandang domba.

Ketika harus mempersembahkan Anaknya itu kepada Tuhan, mereka ternyata hanya mampu mempersembahkan “sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati”. Itu tanda keluarga Nazareth termasuk kelkekel sederhana.

Dalam tradisi Yahudi, Jika keluarga itu kaya, mereka harus mempersembahkan seekor domba. Jika lebih kaya lagi, mereka harus mempersembahkan seekor lembu, tepung dan anggur.

Aneka macam kekurangan dan kelemahan keluarga kita secara ekonomi dan sosial, jangan sampai menghalangi kita untuk taat dan peka pada kehendak Allah. Kita perlu terus belajar mencintai: keluarga kita, hidup kita, tradisi agama, kehendak Tuhan, dsb.

Semoga kita terus berproses untuk menjadi kudus dengan taat dan peka mendengarkan kehendak Tuhan, peka terhadap suara hati, dan maneges kersa Dalem Gusti. Berkah Dalem dan selamat mensyukuri keluarga kita masing-masing. # (Y. Gunawan, Pr)

Similar Posts