Berbicara dengan Benar

Percik Firman : Berbicara dengan Benar
Sabtu Imam, 2 Januari 2021
Pw St. Basilius Agung dan St. Gregorius dari Nazianze
Bacaan Injil: Yoh 1: 19–28

Saudari/a ku ytk.,
Hari ini Hari Sabtu Imam, hari yang dipersembahkan untuk mendoakan para imam dan calon imam. Kemarin kita memasuki Tahun Baru 2021 saat Jumat Pertama.

Kita telah meninggalkan tahun 2020 dengan aneka pengalaman yang tidak mudah terkait dengan pandemi Covid-19. Kita bersyukur dapat melewati tahun 2020 dengan selamat dan sehat.

Kiranya menjadi sebuah sikap yang baik jika kita sebagai orang beriman mensyukuri pengalaman-pengalaman yang lalu dan memohon berkat Tuhan untuk hari-hari mendatang. Sangat baik pula jika pada hari kedua pada tahun baru ini kita membuat harapan dan niat untuk tahun 2021 ini.

Misalnya, kita ingin menjadi orang Katolik dengan tetap bersemangat dan setia. Kita ingin memberikan kesaksian hidup yang baik. Konkritnya, berbicara dengan santun dan tidak mudah menyebarkan berita bohong (hoax) lewat perkataan maupun media sosial.

Dalam bacaan Injil pada peringatan Santo Basilius Agung dan Santo Gregorius Nazianze, Uskup dan Pujangga Gereja hari ini, kita diberi contoh sosok pribadi yang berani memberikan kesaksian hidup yang baik dengan menyuarakan kebenaran, bukan menyebarkan informasi hoax.

Sosok itu adalah Yohanes Pembaptis. Di hadapan orang-orang Yahudi dari Yerusalem (imam-imam, orang Lewi, dan orang Farisi) yang bertanya tentang identitas dirinya, Yohanes berkata: “Aku bukan Mesias”.

Yohanes ditanyai sampai tiga kali, “Siapakah engkau?” Dia pun memberikan jawaban yang konsisten, bahwa dia bukan Mesias, tokoh penyelamat yang ditunggu-tunggu banyak orang. Kesaksian ini sangat penting dalam memahami Injil Yohanes. Karena Injil Yohanes ini mempunyai pedoman dasar yaitu memberi kesaksian.

Ada sebuah perbedaan yang mencolok antara orang yang bersaksi dengan orang yang kepadanya dia memberi kesaksian. Tugas Yohanes adalah menunjukkan kepada orang banyak secara jujur siapa Mesias. Yohanes Pembaptis adalah teladan kita bagaimana menjadi orang Katolik zaman now ini.

Sebagai seorang Katolik atau murid Kristus, kita harus memberi kesaksian akan Kristus, bukan malah mewartakan diri kita sendiri, dan memamerkan kehebatan atau prestasi kita semata.

Hal yang sama juga diteladankan oleh Santo Basilius Agung dan Santo Gregorius Nazianze. Mereka dengan berani berkhotbah menentang bidaah Arianisme yang menyangkal bahwa Yesus adalah Tuhan. Ajaran sesat ini membingungkan banyak orang waktu itu.

Sampai akhir hidupnya, mereka berkomitmen menjadi saksi Kristus. Santo Basilius wafat pada tahun 379 dalam usia 49 tahun. Sedangkan Santo Gregorius wafat pada tahun 390 dalam usia 60 tahun.

Pertanyaan refleksinya, pernahkah Anda menjadi korban berita bohong? Apa tantangan terberat Anda menjadi saksi Kristus di lingkungan hidup atau tempat kerja Anda saat ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok. Terimakasih atas doa dan perhatian Anda untuk para imam dan calon imam.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts