Kesempatan Bertobat dan Berbuah

Percik Firman: Kesempatan Bertobat dan Berbuah
Sabtu, 26 Oktober 2024
Bacaan Injil: Luk 13:1-9

“Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” (Luk 13:8-9)

Saudari/a ku ytk.,
Siapa sih orang yang tdk suka “digemateni” (dikasihi, diberi perhatian)? Bagaimana rasanya jika kita digemateni? Pasti senang, bersyukur dan bangga. Iya khan? Kalau mau jujur, setiap orang ingin digemateni.

Anak ingin digemateni orangtua. Orangtua ingin digemateni anak. Menantu ingin digemateni mertua. Isteri ingin digemateni suami. Suami ingin digemateni isteri. Suster digemateni rekan sekomunitas. Umat ingin digemateni pastornya. Demikian pula pastor juga ingin digemateni umatnya. Terlebih lagi kita semua ingin digemateni Allah Bapa kita.

Kalau ingin terus digemateni Allah, kita perlu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan jati diri kita sebagai anak-anak Allah. Bahkan ketika “jatuh”, kita harus segera bangkit dan bertobat. Tentu saja, pertobatan itu tidak sekali jadi. Butuh proses dan waktu yang disertai jatuh bangun. Untuk itu, Tuhan selalu memberi kesempatan.

Bacaan Injil ini hari ini mengisahkan bagaimana orang diajak untuk bertobat dan diberi kesempatan untuk hidup lebih baik lagi. Hal ini ditegaskan Tuhan Yesus dengan perumpamaan pohon Ara yang tidak berbuah.

Santo Lukas mewartakan bahwa seruan bertobat bernada keras dengan perumpamaan yang menjelaskan bagaimana kerahiman Tuhan bisa menjadi kenyataan. Pohon Ara yang tidak berbuah selama tiga tahun itu masih mendapat kesempatan setahun lagi. Harapannya, tahun depan akan menjadi pohon yang baik dan bisa berbuah.

Perumpamaan tersebut juga memperlihatkan betapa besarnya peran pengurus kebun. Ia bernegosiasi dan memintakan kelonggaran kepada sang pemilik kebun anggur. Ia juga bersedia mengusahakan agar pohon Ara yang mandul itu bisa menjadi baik.
Dia menggemburkan tanah sekeliling dan memberi pupuk. Hati sang empunya kebun melunak melihat kecintaan pemelihara kebun terhadap pohon yang naas itu.

Pengurus kebun itu bukan administrator yang bekerja atas dasar kalkulasi untung rugi melulu. Tetapi pengurus kebun itu adalah orang yang mencari dan mendampingi mereka yang sulit, yang sudah tanpa harapan lagi. Pengurus kebun itu adalah orang yang masih berani mendekati mereka yang menjengkelkan Tuhan sendiri.

Perumpamaan itu disampaikan Tuhan Yesus untuk menyadarkan dan mengkritik sikap orang-orang Yahudi, baik yang tinggal di Galilea maupun Yerusalem. Masalah di Galilea ialah perbedaan antara orang kaya dan orang miskin, adanya ketakadilan sosial yang makin memojokkan orang miskin. Masalah orang Yerusalem ialah sikap saleh tapi sombong, merasa aman dan mau mengatur Tuhan.

Dua wilayah itu melambangkan dua tipe kedosaan manusia yang perlu dijauhi, yaitu: (1) kelekatan pada kekayaan, sehingga melupakan sesama (“dosa orang Galilea”), dan (2) sikap merasa diri sudah jadi orang lurus, sehingga berlaku munafik dan bahkan memusuhi Yesus sebagai utusan Tuhan sendiri (“dosa orang Yerusalem”).

Ada ungkapan inspiratif yang mengingatkan kita, “Luwih becik dadi bekas wong elek, tinimbang dadi bekas wong apik”. (Lebih baik menjadi bekas orang jahat daripada menjadi bekas orang baik).

Hidup ini adalah kesempatan. Kesempatan untuk apa? Kesempatan untuk terus berbuat baik, kesempatan untuk bertobat, untuk mengampuni, untuk mengembangkan bakat, untuk mengabdi Tuhan, kesempatan untuk melayani sesama, dsb.

Pertanyaan refleksi, cobalah ingat pengalaman Anda digemateni oleh orang yang menyayangimu. Bagaimana perasaan Anda saat tidak dihakimi langsung tetapi diberi kesempatan untuk berubah dan bertobat? Berkah Dalem dan salam teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). (Y. Gunawan, Pr)

Similar Posts