Memberikan Kelegaan

Percik Firman: Memberikan Kelegaan
Jumat, 19 Juni 2020
HR Hati Yesus Yang Mahakudus
Bacaan Injil: Mat 11:25-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28)

Saudari/a ku ytk.,
Merenungkan sabda Tuhan pada Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus hari ini, saya teringat akan sosok Romo Gregorius Utomo Pr (1929-2020). Siapa yang tidak kenal dengan romo yang berkharisma dan berdevosi kuat kepada Hati Kudus Yesus ini?

Perjumpaan terakhir saya dengan beliau setelah Natal kemarin saat saya mendampingi para seminaris Mertoyudan mengadakan acara Natalan dan sharing panggilan di Ganjuran (26-27/12/ 019).

Saya tak menduga kalau hari itu perjumpaan terakhir saya dengan beliau. Sampai akhir hidupnya, Romo Utomo tinggal dan berkarya di Paroki Ganjuran. Lebih dari 30 tahun Romo Utomo tinggal di paroki tersebut. Dia dipanggil Tuhan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, Sabtu (15/2/2020). Misa Requiem dilaksanakan di Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Senin (17/2), tepat saat dia merayakan ulang tahun ke-91.

Saya merenungkan, Romo Utomo adalah sang Begawan devosi Hati Kudus Yesus. Saya pernah menulis sebuah puisi “Sang Begawan”. Berikut ini penggalannya :

Sang begawan telah berpulang/ Jiwa sucinya terbang/ Kembali pada Allah Maha Penyayang.
Selamat jalan Sang Begawan/ Hidupmu penuh kesaksian/ Meninggalkan berlaksa kenangan/ Bagi umat dari segala lapisan.

Hati Yesus yang Mahakudus/ Menjadi doa devosimu secara khusus/ Setiap saat setiap waktu/ Engkau mendoakan umatmu/ Dari Sumatra sampai Papua/ Bahkan sampai mancanegara.

Candi Ganjuran yang penuh makna/ Kaya akan filosofi dan budaya/ Nilai spiritualitas terutama/ Menjadi saksi nyata/ Tiga puluh tahun lebih lamanya/ Engkau menjaga spiritnya/ Engkau menyambut umat dari mana-mana/ Yang bersyukur dan berdoa/ Kepada Yesus Sang Maharaja/ Dulu, kini dan selamanya.

Romo Utomo pernah menuturkan bahwa di dalam Candi Ganjuran bertahta patung Kristus Raja, lambang kehadiran Tuhan sebagai Bapa. Patung tersebut sekaligus adalah patung Hati Kudus Tuhan Yesus lambang kehadiran Tuhan sebagai Ibu, yang karena belaskasih-Nya rela menderita dan mati untuk melahirkan manusia baru. Seperti halnya seorang Ibu ”berani nglarani” untuk melahirkan manusia baru.

Patung Hati Kudus Tuhan Yesus merupakan visualisasi Sakramen Maha Kudus, yang selanjutnya mengembangkan devosi Hati Kudus Tuhan Yesus dengan mengikuti semangat pengosongan diri Hati Kudus Tuhan Yesus dalam hidup dan karyanya.

Hal itu bagi Romo Utomo dinyatakan dalam bangunan Candi: Dari Burloka (dunia dosa) yaitu bagian bawah dari candi, melalui Buwarloka yaitu dunia pencucian/pengosongan diri yang ditandai dengan 9 tangga naik ke atas artinya dalam mistik Jawa “nutupi babahan nawa sanga” artinya menyangkal diri sendiri (bdk. Luk. 9 : 23 dan paralelnya; “setiap orang yang mau mengikuti aku ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku”) menuju ke paling atas Suwarloka, “manunggaling kawula Gusti, dan manunggiling Gusti kawula” dalam Hati Kudus Tuhan Yesus.

Seperti pengalaman Allah di gunung Tabor, kita diutus menjadi Berkat bagi siapa saja dan apa saja demi keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan melalui Burloka, Buwarloka, sampai Suwarloka.

Bacaan Injil hari ini mengundang kita untuk datang dan berserah diri pada Tuhan Yesus. Dia telah membuka hati-Nya untuk memberi kelegaan kepada kita. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Allah tiada lelah menawarkan rahmatNya dan mencari kita. Tetapi kadangkala justru kita yang lelah dan malas datang menemui Allah.

Ibu Theresia dari Kalkuta pernah berkata: “Hidupmu harus ditenun di sekeliling Ekaristi. Arahkan matamu pada-Nya. Dialah cahaya. Bawalah hatimu sedekat-dekat-Nya pada Hati Ilahi-Nya. Mintalah dari-Nya rahmat untuk mengenal-Nya, kasih untuk mencintai-Nya, keberanian untuk melayani-Nya. Carilah Dia dengan kerinduan”.

Kita semua diundang untuk membuka diri pada Hati-Nya dan juga menerima orang lain apa adanya, termasuk yang sedang berbeban berat dalam hidupnya. Buah dari tinggal dalam Yesus adalah hati kita damai. Lalu kedamaian itu jangan dimiliki sendiri. Harus kita pancarkan dan bagikan kepada orang lain.

Semoga hati kita dipenuhi Hati Kudus Yesus yang lemah lembut, murah hati dan rendah hati. Hati Kudus Yesus, kasihanilah kami.

Pertanyaan refleksinya, adakah pengalaman rohani yang Anda miliki saat berdoa di Candi Ganjuran? Bersediakah Anda datang pada Yesus dan didatangi sesama yang berbeban berat?

Doaku untuk Anda yang sedang sakit, letih lesu, dan berbeban berat. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan.

# Y. Gunawan, Pr

Similar Posts