Tidak Memaksa Tuhan
Percik Firman: Tidak Memaksa Tuhan
Sabtu Imam, 7 Agustus 2021
Bacaan Injil: Mat 17:4-20
”Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita.” (Mat 17:14)
Saudari/a ku ytk.,
Orangtua mana yang tidak peduli pada anaknya? Jika anaknya lapar, pasti akan berusaha dicarikan makan. Jika anaknya mau sekolah, pasti akan dicarikan biaya agar bisa tetap sekolah.
Jika anaknya mau ikut piknik bersama teman-teman sekolah, pasti akan dicarikan biaya dan ‘sangu’ agar bisa ikut piknik. Jika anaknya sakit, pasti akan dicarikan obat agar bisa sembuh. Iya nggak?
Jika ada kemauan dan kehendak baik, pasti ada jalan keluar. Tuhan akan peduli. Tuhan akan berbelaskasih. Tuhan akan memberikan solusi. Dengan keyakinan seperti itu, orang sampai pada kesadaran dan refleksi bahwa bagi Tuhan tak ada yang mustahil untuk umat-Nya.
Merenungkan bacaan Injil pada hari Sabtu Imam hari ini, saya teringat akan sebuah lagu “Bagi Tuhan Tak Ada yang Mustahil.” Lagu ini menyejukkan hati saat kita punya masalah dan berbeban berat. Berikut ini Refrennya: Bagi Tuhan tak ada yang mustahil/ Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin/ Mujizat-Nya disediakan bagiku/ Ku diangkat dan dipulihkan-Nya.”
Kalau Tuhan sudah berencana dan bertindak dalam hidup kita, tak ada yang mustahil. Peristiwa penyembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap orang-orang sakit dan pengusiran setan dalam Injil hari ini, menegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa. Ia berkuasa atas penyakit yang kita alami. Ia berkuasa atas setan-setan. Dia bersikap tegas kepada setan-setan yang menguasai manusia.
Dikisahkan dalam Injil hari ini, ada seseorang yang mempunyai anak. Dia datang kepada Yesus karena anaknya sedang sakit. Para murid-Nya tidak dapat menyembuhkannya. Dia memohon belas kasih Tuhan Yesus, ”Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita.”
Yesus sangat peduli dengan nasib kita. Ia pasti membantu kita. Kasih dan kepedulian Yesus membuat banyak orang mengalami kesembuhan dan keselamatan. Para murid dan orang banyak yang menyaksikan peristiwa itu diingatkan untuk mempercayakan hidupnya kepada Yesus. Di saat sakit, sedih, bingung, susah, dan segala situasi hidup kita, hendaklah kita datang kepadaNya dan berserah diri dalam iman kepadaNya.
Kita diminta melapor pada Tuhan dan minta belas kasih Tuhan dengan rendah hati. Dari kata-kata itu, Tuhan sudah tahu kerinduannya. Dengan rendah hati minta belas kasih Tuhan itulah yang utama. Tidak memaksa Tuhan, tidak mendikte Tuhan, dan tidak mengatur Tuhan.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana sikap Anda dalam menyampaikan sesuatu kepada Tuhan selama ini? Lebih didominasi bersikap rendah hati datang meminta belas kasih Tuhan atau meminta Tuhan dengan paksaan?
Selamat berakhir pekan. Terimakasih atas dukungan, perhatian dan doa Anda untuk para imam dan calon imam. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr